Senin, 11 November 2013

LIAR ITU MENAKUTKAN!!!

Fakta adalah sesuatu yang kompleks. Kompleksitas realitas mau dicari pengertiannya. Memperbincangkan fakta dibutuhkan ruang yang dinamakan dialog. Hilir-mudiknya fakta yang tumpang-tindih; apakah itu filsafat, ilmu pengetahuan, atau bahkan agama sendiri, dalam sejarah umat manusia ketiganya (dalam perjalananya) harus dibayar dengan darah.

Meskipun begitu, benturan-benturan pemahaman memang tak bisa dihindarkan. Hanya saja, pertentangan itu (seharusnya) menumbuhkan sikap untuk saling menghargai realitas perbedaan, terlebih tentang pemahaman akan realitas. Nampaknya benar kata Sartre, “manusia dihukum untuk merdeka”.
***
Manusia memang cenderung menerima apa yang sudah ada, yang sudah jadi. Begitu juga manusia menerima agama. Sesuatu yang “liar” dan “tanpa batas” adalah sesuatu yang menakutkan. Karenanya, buat sebagian orang, lebih baik menerima kondisi yang sudah ada, meskipun itu buruk, busuk dan tidak menarik lagi. Pemahaman memang mengandaikan keanekaragaman. Filsafat mau mencari pemahaman. Sehingga “keseragaman” merupakan racun bagi filsafat dan keselarasan adalah liang kubur bagi pemikiran kreatif.

Bukankah filsafat berkembang tidak hanya sekedar “patuh” pada rigoritas interpretasi, yang hanya terus mengulang-ulang pendapat-pendapat di masa silam—untuk tidak mengatakan takut pada “otoritas”—namun juga kemajuan filsafat juga lebih banyak ditentukan kemajemukan interpretasi. Bukankah berfilsafat itu sebuah “keberanian hermeneutis”? (***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar