Sabtu, 27 Oktober 2012

Apakah Sumpah Itu Masih Bertuah


28 Oktober merupakan hari bersejarah bagi pemuda Indonesia. Delapan puluh empat tahun lalu, sejumlah pemuda/mahasiswa dari berbagai suku bangsa yang tersebar di berbagai kepulauan Indonesia berkumpul. Mereka berikrar: Bertanah air satu, tanah air Indonesia; Berbangsa satu, bangsa Indonesia; dan berbahasa satu bahasa Indonesia.

Rasa senasib sebagai bangsa yang dijajah bangsa Belanda, dan bercita-cita untuk melepaskan diri menjadi bangsa merdeka, adalah permulaan dari munculnya sumpah itu. Melalui momen Sumpah Pemuda itu pula perjuangan untuk memerdekakan diri terus berlanjut. Dan puncaknya adalah 17 Agustus 1945. Indonesia memproklamirkan diri sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.

Meskipun kala itu para pemuda/mahasiswa tidak menyebut dirinya sebagai Pemuda Angkatan 1928, akan tetapi selanjutnya kelompok pemuda pencetus Sumpah Pemuda itu disebut sebagai tersebut tadi. Sebagaimana juga para pemuda di era 1945, saat merebut kemerdekaan dari bangsa Jepang, para pemuda itu disebut sebagai Pemuda Angkatan 1945.
Paska-kemerdekaan, di tengah carut-marutnya Indonesia di era Orde Lama akibat bermunculannya ideologi politik, dan mengakibatkan kesejahteraan rakyat terabaikan, maka muncul kembali para pemuda menyingsingkan lengan bajunya. Mereka mengajukan tiga tuntutan, yang kemudian dikenal dengan Tritura. Tiga tuntutan rakyat. Rezim Soekarno pun ambruk. Dan para pemuda saat itu dinamakan sebagai Pemuda angkatan 1966.

Selanjutnya saat negeri ini berada dalam cengkeraman rezim Orde Baru, suasana negeri ini pun masih tetap juga dirasakan bukan sebagai negeri yang merdeka dan berdaulat. Hal tersebut diakibatkan oleh penguasa yang otoriter dan korup. Maka di tahun 1978 muncul gerakan pemuda yang menentang kekuasaan rezim Soeharto itu.

Meskipun saat itu mereka gagal menumbangkan sang penguasa, gerakan pemuda saat itu dikatakan sebagai Pemuda Angkatan 1978. Kalau tidak salah tokoh pemuda yang menjadi penggeraknya antara lain Hariman Siregar, dan Heri Akhmadi. Baru kemudian pada awal pertengahan 1998 muncul kembali gerakan pemuda/mahasiswa yang menumbangkan kekuasaan rezim Cendana itu. Sekaligus menuntut reformasi di segala bidang, terutama dalam birokrasi.

Lalu sejak itu hingga saat ini, masih akankah ada gerakan pemuda/mahasiswa yang menuntut perbaikan negeri ini ke arah yang lebih baik lagi, yang lebih berpihak kepada rakyatnya?  Sebagai orang yang menjelang tua, mengapa muncul keraguan terhadap perjuangan pemuda seperti di masa lalu? Apakah sumpah itu masih bertuah atau tidak lagi?

Betapa tidak, karena melihat induk organisasi pemuda saja saat ini sepertinya tinggal papan namanya saja. Para pemuda/mahasiswa seakan jalan sendiri-sendiri, dan seolah berteriak hanya untuk kepentingan dirinya sendiri. Ditambah lagi dengan semakin maraknya peredaran barang haram narkoba yang kian melenakan mereka dalam impian kosong belaka. Apalagi penguasa sendiri seolah memberi kebebasan dan kelonggaran beredarnya barang haram itu, di antaranya dengan memberi keringanan hukuman pada para bandarnya.


Rabu, 17 Oktober 2012

INDONESIA MERDEKA ATAU INDIVIDU MERDEKA ?



     Pancasila adalah dasar negara yang mengandung 5 asas , apa saja 5 asas itu yaitu, 1. Ketuhanan yang maha esa 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Persatuan indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan 5. Keadilan sosial bagiseluruh rakyat indonesia. Dari kelima asas yang ada apakah satu diantaranya sudah tercakup dan diterapkan dalam kehidupan kita, keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia ? tapi yang saya rasakan sekarang ini adalah keadilan bagi mereka yang memiliki persepsi yang sama, yang memiliki tujuan yang sama.

     Dalam kehidupan bernegara di Indonesia sendiri pancasila sudah sangat memudar dan dalam kehidupan sepertinya nilai-nilai dalam pancasila sendiri sudah mulai menghilang perlahan, Indonesia seperti sudah kehilangan jati diri,sang garuda pun sepertinya pun sudah pincang untuk mecakar pita “bhineka tunggal ika” dimana mana sudah banyak terjadi kesalah pahaman, terjadi ketidak adilan, terjadi perbedaan persepsi antara satu dengan lainnya,sekarang sepertinya mereka yang diatas sedang berlomba seperti berjudi bukan lagi berlomba untuk mengabdi.

   Beberapa hal yang membuat berubahnya keadaan hukum,perekonomian,keadilan dan kehormatan dalam bangsa kita sendiri, yaitu adalah semakin berkembangnya pemikiran untuk berlomba mengutamakan kepentingan pribadi dibanding kepentingan bersama yang mungkin bagi mereka belum tentu pula jerih mereka dihargai. Maka sekarang selogan untuk masing-masing kita adalah “UANG ADALAH TUHAN, UANG MEMANG BUKAN SEGALANYA, TAPI SEGALANYA BUTUH UANG!” memang kita tidak bisa lari dari semua kenyataan itu, tapi seharusnya nilai pancasila tidak hilang begitu saja hanya karna kepentingan individu.

     Maka pancasila bukanlah lagi sebagai dasar yang melatar belakangi hukum di Indonesia, tapi sekarang pancasila dijadikan sebagai latar belakang untuk memenuhi kebutuhan dan kekuasaan semata, bukan untuk kemerdekaan bangsa namun sekarang menjadi sebuah tujuan untuk kemerdekaan individu, bukan lagi pancasila yang menjadi penyatu dan menjadi penyelaras keharmonisan antar perbedaan dalam segala hal.

    Banyak halnya kenyataan yang menjauhkan Indonesia dari jati dirinya, seperti banyaknya oknum penegak hukum yang mengatas namakan hukum untuk sebuah tujuan dan menjadikannya sebuah materi untuk kemerdekaannya sendiri, maka sekarang ini bukan lagi “INDONESIA MERDEKA” tapi “INDIVIDU MERDEKA”



Kamis, 13 September 2012

HIPOTESIS

Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada? Apakah kejahatan itu ada? Apakah Tuhan menciptakan kejahatan? Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertanyaan ini. “Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?”.

Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, “Betul, Dia yang menciptakan semuanya”. “Tuhan menciptakan semuanya?” Tanya professor sekali lagi. “Ya, Pak, semuanya” kata
mahasiswa tersebut Profesor itu menjawab, “Jika Tuhan menciptakan segalanya,
berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita
bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu
adalah kejahatan.”

Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.

Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, “Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?” “Tentu saja,” jawab si Profesor Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, “Profesor, apakah
dingin itu ada?” “Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Apakah kamu tidak pernah sakit flu?” Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya. Mahasiswa itu menjawab, “Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.”

Mahasiswa itu melanjutkan,“Profesor, apakah gelap itu ada?” Profesor itu menjawab,  “Tentu
saja gelap itu ada.” Mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi anda salah, Pak.Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak.” “Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna
dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna.” “Tapi Anda tidak bisa mengukur
gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan
tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya.”

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, “Profesor, apakah kejahatan itu ada?” Dengan bimbang professor itu menjawab,”Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara - perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan.” Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi Anda salah, Pak. Kejahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan.” “Tuhan tidak menciptakan kejahatan. Kejahatan adalah hasil dari tidak hadirnya Tuhan di hati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya.” Profesor itu terdiam. Dan mahasiswa itu adalah, Albert Einstein


“Kami Sedang Menyembah Tuhan, Mengapa Kami Dibunuh?”



Entah kemuliaan akhlak seperti apakah yang diinginkan anak manusia dengan kekerasan? dan entah surga bagaimanakah yang diangankan mereka, dengan membunuhi satu sama lainnya? Ribuan nyawa melayang, menjadi korban, demi untuk mendapatkan tiket ke surga bagi setiap diri masing-masing ?

Kesedihan, ketakberdayaan, ketakutan,  melukai nurani manusia di hati yang terdalam. Kekerasan atas manusia  tetap saja menyisakan ‘perih’ dan ‘nelangsa’. Melukai arti kemanusiaan itu sendiri.


Kisah dari sampang dan Sukabumi. Begitu juga penggalan kisah FPI dan juga Ahmadiyah. (Dan juga) Serta begitu banyaknya penyerta kisah-kisah lainnya,  yang senada dengan itu, mewarnai ‘suasana alam’ di   nusantara ini.  Membuat udara kota-kota di sini  semakin sesak dan  pekat saja.


Masih lengkang dalam ingatan, bagaimana  (ketika) perang dan kekerasan telah  ‘diminati” ~ jauh sebelumnya,  al  kisah yang terjadi di Suriah, Turki, dan juga sebagian Negara-negara Islam  yang tak tersebut bagaimana rinciannya. Sejarah juga telah banyak mencatat ‘kekekerasan’ dalam label perang’. Agresivitas dalam label kepahlawanan.


Sejak dari bapaknya manusia  Habil dan Kabil. Kekerasan ini, menjelajah ke seluruh semenanjung arab, asia, eropa, afrika,  dan merambah ke banyak sekali  negri-negri lainnya. Kekerasan yang  mengilhami setiap suku, ras  dan golongan. Menjadi identik dnegan mansuia itu sendiri.


Banyak sekali  perang-perang atas nama harta, tahta, wanita dan agama. Disisi lainya telah banyak melahirkan kisah kepahlawanan. Namun tidak sedikit yang menyisakan kesengsaraan. Dari perang Bratayuda sampai perang Fitnah Kubro (Perang Shifin). Dari Padang Kuruseta sampai Padang Karbala. Dari perang  Salib hingga sampai perang Dunia I dan Dunia II. Semua menamatkan jalan ceritanya, dengan satu ending ~ matinya ribuan korban manusia ! Dan tangisan keluarga yang ditinggalkan ! Tidakkah manusia tahu,  diantara serpihan peperangan  itu,  banyak sekali kisah sedih dan duka anak manusia, perihal perang ini ?.


Agresivitas manusia, menemukan muaranya dalam peperangan. Perang dan perang dari jaman dahulu hingga sampaipun jaman kini sama saja bentuk dan rupanya.  Inilah kisah tragedy dan keperkasaan manusia. Kisah kebanggaan satu kelompok diatas penderitaan kelompok lainnya.


Bergumulan diantara menang dan kalah. Selalu begitu muaranya. Kekalahan melahirkan kesedihan. Digilirkannya kemenangan akan melahirkan Pahlawan-pahlawan di setiap kelompoknya masing-masing. Menyisakan tanda tanya lagi di hati. Kisah kepahlawan dibangun dari sepihan daging dan darah ribuan anak manusia. Bahkan kadang mereka sendiri tak mengerti ‘perang’ ini untuk apa dan  siapa ?


Mayat lawannya di nista, mayat sekutunya di puja, Jasa pahlawan yang di ingat sepanjang masa. bahkan (bukankah  itu)  adalah mayat-mayat manusia.Tidakkah (karenanya) sama keadaannya ? Begitulah kejadiannya, potret peradaban manusia. Maka tak sedikit kemudian manusia bertanya mengapa Tuhan membiarkan semua ini terjadi. Di pihak manakah sesungguhnya Tuhan berada ?. Semua kelompok mengakui bahwa Tuhan ada di pihaknya. Maka karenanya mereka dengan teganya menghabisi nyawa manusia lainnya.


Untuk siapakah kemenangan yang diraih ? Apakah setiap kemenangan dalam peperanagan ini akan di hadiahi surga ? Bagaimana jika kekerasan di lakukan tidak dalam masa perang ? Sebagian manusia tak mengerti ada apakah dengan anak manusia. Begitu mudahnya mereka menghabisi sesamanya. Yang kalah meratapi,  namun itu tak membuat jera, diaturlah strategy, suatu saat akan dicoba lagi hingga sampai kemenangan nanti. Sebagai pembalasan dendam bagi yang mati. Artinya semakin banyak membunuhi lawan-lawannya, maka semakin besar kepuasan dan kemungkinan menang. Begitulah keadaannya.


Mengapa harus begitu ? Sungguh pertanyaan yang tak pernah ada habisnya, sepanjang  peradaban anak manusia itu sendiri. Jangankan manusia malaikat sendiri juga bertanya dalam kegundahan yang sama, bertanya  kepada Tuhannya;


Malaikat sudah jauh hari, mensinyalir sifat ‘kebuasan’ manusia yang haus darah. Manusia akan menumpahkan darah sesamanya. Inilah karakter ‘purba’ yang akan terus dibawa manusia sampai akhir jaman nanti. Manusia dalam setiap peradabannya akan senantiasa mencari ‘lawan’ untuk memuaskan‘ego’ dirinya. Sifat ‘kepahlawanan’ di bangun atas ‘kemenangan’ dalam peperangan. Menghancurkan atau mengalahkan lawan inilah ‘kemenangan’. Pahlawan dimaknai, jika mereka kembali dengan kemenagan yang gemilang di medan perang.


Setiap Pahlawan akan mendapatkan tempat tertinggi dalam kesadaran manusia. Setiap Pahlawan akan ‘dikenang’ dan di hadiahi ‘surga’. Maka setiap manusia dalam lubuk hatinya ingin menjadi Pahlawan. Dan karenanya,  setiap manusia mudah sekali di ‘kompori’ sifat ‘kepahlawanan’ dalam dirinya. Oleh karena itu, saat kepadanya diberikan tantangan untuk menjadi seorang ‘Pahlawan’, mereka dengan sukahati, meski harus rela menjadi  ‘mortir’. Menjadi seorang ‘Pahlawan kesiangan’ dalam anggapan kita.


Dengan cuci otak ‘model’ seperti inilah kaum radikalis, meminang para ‘penganten’nya. Dengan iming-iming predikat ‘pahlawan’ dan hadiah ‘surga’ bagi pelakunya dan  keadaan seperti ini bukanlah monopoli agama saja. Dalam perebutan wilayah dan kekuasaan, politik, serta lain-lainnya, juga menggunakan methode-methode seperti ini. Karena sebab (ke-ingin-an) menjadi ‘pahlawan’ adalah ‘fitrah’ manusia itu sendiri.


Maka di jaman sekarang ini, dimana perang perebutan wilayah sudah tidak jamannya lagi. Perang antara kerajaan dengan kerjaan sudah tidak disukai. Manusia mencari lahan baru dengan melebarkan ‘wilayah’. Perang antar umat beragama, perang antar keyakinan menjadi ‘mode’ terkini. Terjadi gesekan sedikit, perbedaan saja sudah menyult amarah dianatra mereka.


Maka teriakan, yang datang,“Kami Sedang Menyembah Tuhan, Mengapa Kami Dibunuhi ?.” Semakin saja menyayat hati, (yaitu) atas hati-hati tersembunyi  yang masih peduli akan nasib manusia di muka bumi ini.


Mereka yang  dianggap ‘GILA’


Sungguh, meskipun tidak ada kebaikan yang kita dapatkan dari perang. Nyatanya kekerasan dan peperangan telah mengajarkan banyak hal kepada manusia. Diantara sabetan pedang, dan desingan peluru, ada hati-hati yang penuh empati. Hati yang tidak pernah berpihak kepada siapa yang sedang bertikai. Mereka bahu membahu menolong yang terluka. Mereka menyelamatkan anak-anak, wanita dan orang tua. Membawa, menjauh dari medan pertempuran. Mereka nyaris tak memperdulikan nasibnya sendiri.


Mereka datang dari mana saja, dari suku apa saja, dari agama apa saja. Mereka datang mendatangi daerah-daerah konflik. Hati mereka begitu halus. Mereka tak peduli atas konflik apapun yang melatari peperangan itu. Mereka hanya datang demi kemanusiaan itu sendiri. Tekad mereka adalah menyelamatkan nyawa manusia. Tak peduli agama mereka apa, tak peduli bangsanya apa. Mereka sering bahkan di sebut ‘gila’ dengan perjuangan mereka itu. Namun sungguh mereka itu bukan orang ‘gila’. Merekalah orang-orang yang memiliki hati. Dengan tindakan nyata mereka menyelamatkan nyawa manusia.


Inilah salah satu karakter jiwa yang telah di tuliskan ‘tinta emas’  (baca; kebaikan) sehingga patut di symbolkan. Mereka sering luput dari bahasan kita. Mereka orang-orang yang tidak pernah mencari sensasi dan publikasi. Namun mereka selalu ada. Menyeruak diantara manusia-manusia biasa.


Kita sering mendengar, ada relawan luar negri yang berusaha menyelamatkan satwa-satwa yang hampir musnah. Merekla menyelamatkan binatang-binatang. Mereka tidak perduli jika di katakan ‘gila’, jauh-jauh datang dengan bekal bahasa minim, birokrasi yang sulit. Namun tekad mereka membaja, untuk menyelamatkan para binatang.


Begitu juga banyak sekali jiwa yang terpanggil, mengabdikan diri demi alam. Kerusakan pada alam terjadi disana-sini, membuat kkeprihatinan diri mereka untuk tampil memyelamatkan bumi. Kisah-kisah seperti ini juga sering kali luput dari pemberitaan. Mereka tidak memandang Negara manapun. Jika ada kerusakan alam, meraka selalu tampil di depan menyematkan bumi ini dari kerusakan, yang diakibatkan manusianya itu sendiri.


Perilaku ‘buas’ manusia atas manusia lainnya. Perilaku ‘penindasan’ kelompok manusia satu kepada kelompok manusia lainnya. Telah menyadarkan manusia-manusia ini. Untuk tampil menyelamatkan jiwa para korban konflik dimana saja.


Perilaku kesewenangan kekuasaan, kekuatan politik yang ‘menindas’, rakyatnya sendiri. Akan mengakibatkan ‘peradaban’ yang ‘chaos’. Jiwa-jiwa manusia di dalamnya akan mengalami ‘ketakutan’. Mereka akan melahirkan kesadaran kepada penerusnya, sebuah kesadaran kolektif, (yaitu) mentalitas yang ‘sakit’.


Dalam kegelapan tersebut ada saja, manusia yang berani mengingatkan penguasa. Keberanian mereka yang melawan penguasa. Keberanian mereka yang menetang arus. Keberanian mereka dalam menghadapi ‘main stream’arus kesadaran kolektif. Menyebabakan mereka di sangka ‘GILA’. Oleh kaumnya dan juga oleh kebanyakan teman-temannya dan juga dalam hal suasana lainnya. Perang yang tidak pernah disadari oleh manusia itu sendiri. Adalah perang pemikiran, perang kesadaran, yang menghancurkan ‘akal’ sehat manusia, ~yang telah mengakibatkan ‘kejumudan’ pemikiran. (Yaitu) Keadaan kesadaran mereka telah menyembah selain Tuhan. Dan mereka menganggap diri mereka menyembah Tuhan.


Inilah hakekat perang kesadaran. Para nabi datang mengingatkan penguasa, para pembesar istana, dan mengingatkan para kaum cendikia, para kaum yang mengusai massa.  Inilah perang yang pada gilirannya nanti dan saatnya pasti akan mengalami ‘titik’ balik. (Ketika) kesadaran kolektif berhadapan dengan kesadaran ‘suci’ ini.  (Meski pada awalnya, mereka para penentang penguasa dianggap gila).


Mansuia diajari dengan pengalaman-pengalaman ini, yang bergantian di setiap peradaban, menyebabkan manusia kemudian semakin cerdas, mampu membedakan yang baik dan buruk. Jiwa terus di sempurnakan dalam pengajaran ini. Sejarah telah banyak mencatat, mulai dari sekedar cerita ‘fantasi’ , dan juga kisah riil lainnya. Mulai dari cerita ‘epik’ cerita kepahlawan, atau lainnya semisal Mahabarata dan juga Ramayana. Juga pada kisah-kisah Bhagavat Gita. Bagaimana para kesatria berusaha mengabadikan diri demi mengangkat harkat kemanusiaan itu sendiri.


Seperti kisah yang terjadi pada Sidharta , bagaimana terjadi pergumulan serius pada jiwanya, melihat keadaan masyarakatnya. Dirnya tidak tega melihat jiwa manusia dalam penderitaan dan kegelapan pada masanya. Kemudian dia mencari pencerahan (dalam) upayanya menyelamatkan jiwa-jiwa manusia dari penderitaan dunia. 


Banyak sekali manusia-manusia yang sempat tercatat sejarah yang mengabdikan dirinya demi harkat kemanusiaan itu sendiri, tanpa pamrih. Dan lebih banyak lagi lainnya yang tidak tercatat. Begitu saja dilupakan. Mereka berlepas diri dari pertikaian antar kelompok.Mereka datang hanya ingin menyelamatkan (jiwa) manusia.


Kesadaran yang di sempurnakan


Kesadaran manusia untuk menyelamatkan manusia lainnya. Jiwa yang penuh empati, iwa yang penuh kasih sayang, welas asih. Memiliki keprihatinan yang dalam. Jiwa yang senantiasa hanya berdoa kepada Tuhannya. Jiwa yang langsung berada di depan untuk menyelamatkan manusia lainnya. Demi kemanusiaan itu sendiri. Jiwa seperti nilah ~Jiwa yang ‘cerdas’.


Kepada jiwa-jiwa seperti ini, Tuhan mengajarkan arti ‘manusia’. Kepada jiwa-jiwa seperti inilah, Tuhan menyebut dengan mesra.    Jiwa-jiwa seperti inilah, yang dalam keyakinannya, dalam keprihatinannya, berusaha menyelamatkan jiwa-jiwa mansuia yang mengalami ‘penderitaan’. Jiwa-jiwa seperti inilah yang dengan segenap jiwa raganya ingin menyelamatkan jiwa manusia agar selamat dunia dan akherat.


Jiwa-jiwa seperti ini, dalam keadaannya sering diangap seperti ‘orang gila’, karena mereka berani menabrak ‘main stream’ yang ada. Mereka tidak takut akan berbenturan kepada siapa saja.


Menjadi guratan garis yang membingungkan. Sketsa yang kadang tak sama. Bagimana manusia di dewasakan dengan kepedihan hidup, dengan kehilangan harta dan nyawa, dengan ketakutan atas peperangan.  Siapakah manusia yang paling bertakwa jika mereka di gulirkan semua itu. Dengan cara bagaimana mereka menuliskan goresannya di jiwa-jiwa mereka. Apakah mereka akan tetap ber syukur ataukah mereka akan kafir dan menghujat Tuhannya.


Kasus Rohingya menyisakan banyak misteri, kasus Sampang, kasus Sukabumi, dan masih banyak sekali di negri ini. Bila kita menjelajah ke seantero negri maka kita akan dapati hal yang sama, di Afganistan, Suriah, Irak, Turki, dan masih banyak lagi lainnya.


Guratan sketsa yang begitu dalam, menyentuh kepada nurani. Akankan jiwa tergerak, menyingsingkan lengan baju, tak peduli ini perang siapa (?). Mereka tak peduli siapakah yang menang dalam peperangan ini. Mereka tidak berpihak kepada siapa-siapa. Mereka hanya berpihak kepada kemanusiaan itu sendiri. Mereka hanya peduli jiwa-jiwa yang tersakiti disana, jiwa yang berada dalam kegelapan. Mereka datang ingin menyelamatkan jiwa-jiwa tersebut.


Mereka  hanya punya satu  tujuan menyelamatkan jiwa-jiwa manusia yang terjebak diantara ketakutan dan nestapa. Mengangkat derajat dan harkat martabat mereka agar di manusiakan oleh manusia lainnya. Agar mereka nanti dapat melahirkan kesadaran baru, sebuah kesadaran bahwa kekerasan dan peperangan hanyalah kisah duka nestapa saja dan Tuhan sendiri yang akan mengajari kepada manusia-manusia yang jiwanya penuh empati.

Jumat, 17 Agustus 2012

KAPASITAS BUMI KITA


KAPASITAS bumi untuk menampung manusia berapa sih ?  Menurut Botlin dan Keller, dalam Earth as a Living Planet, kapasitas bumi kita hanya bisa menampung 2,5 milyar manusia jika cara hidup manusia seperti cara hidup orang Amerika.  Tapi kalau cara hidup manusia seperti orang Afrika, maka daya tampung bumi dapat mencapat 40 milyar manusia.

Sekarang ini manusia yang ada di bumi sekitar 7 milyar orang. Luas daratan di permukaan bumi yang semakin berkurang (akibat erosi, mencairnya es di kutub, meningkatnya daerah yang tidak bisa dihuni dll) menyebabkan jatah luasan per orang cuma sekitar 1,2 hekar.  Satu koma dua hektar ini disebut sebagai “Biocapacity”.  Biokapasitas yang cuma 1,2 ha harus dipakai secara bersama-sama oleh hewan lain dari semut hingga gajah, yang kesemuanya perlu makan, minum, buang limbah dsb.

Sementara itu, jatah 1,2 ha tanah per orang harus digunakan untuk tanaman pangan, tanaman untuk sandang, papan untuk perumahan, perabot rumah seperti furnitur dll.  Di tanah yang 1,2 ha itu pula harus digunakan untuk industri, pembuangan limbah industri.

Mahluk hidup selain manusia (hewan dan tumbuhan) makan dan minum secukupnya, buang limbah pun dapat terus dimanfaatkan oleh mahluk lain, diantara sesama mereka pun ada yang saling makan.

Sementara itu, mahluk hidup yang bernama manusia, sebagian dari mereka makannya sangat banyak melebihi kapasitas perutnya sendiri.  Dan, sebagian lagi sampai kekurangan makan.
Kapasitas bumi untuk menampung manusia semakin berkurang, sementara itu jumlah manusia juga semakin bertambah, jumlah limbah yang berbahaya, beracun dan berbau juga semakin memenuhi bumi, yang tentunya akan mempengaruhi kualitas kehidupan manusia. Jumlah sampah industri, sampah rumahtangga semakin memenuhi bumi.  Di Amerika, setiap lima menit ada 2 juta bekas botol minuman sebagai sampah. Muncullah ide untuk me-reuse dan me-recycle barang2 yang mungkin dilakukan seperti itu.

Kualitas udara semakin berkurang, kualitas air semakin buruk, penyakit menular mewabah, lalu apa usaha kita untuk menjaga bumi ini tetap bersih dan layak huni ?

Demikian juga persediaan energi yang kian menipis, maka semakin lengkaplah penderitaan manusia yang kurang beruntung nasibnya di dunia ini.  Gas susah, minyak tanah langka, bensin, solar kadang2 hilang dari pasaran.

Lalu muncullah Bioteknologi yang dapat mengatasi masalah pencemaran lingkungan, dapat mengatasi masalah produsen pangan, dapat mengatasi berbagai penyakit, dapat mengatasi krisis energi.  Tapi bioteknologi muncul bukan tanpa efek samping.  Tanaman transgenik sudah banyak mendapat protes dimana-mana, karena berbagai sebab.

Inilah renungan untuk kita yang masih perlu hidup di bumi ini, bagaimana pula nasib anak cucu kita.

Kamis, 16 Agustus 2012

Bersatunya Alat Reproduksi Manusia Melahirkan Pancasila



Logika berfikir sebelum bicara mengenai kesempurnaan harus dibenarkan dulu bagaimana kedudukan yang dimaksudkan dengan kalimat kesempurnaan itu sendiri. Bicara kesempurnaan makhluk dengan kesempurnaan Tuhan amatlah berbeda dan tidak mungkin disamakan, karena jelas sekali secara criteria amat berbeda. Kesempurnaan makhluk dalam hal ini manusia yang menentukan criteria kesempurnaan adalah Sang Pencipta atau Tuhan YME, kesempurnaan Tuhan kriterianya berdasar segala sifat dan segala kebesarannya yang tak terbatas, sedang kesempurnaan manusia karena kemampuannya melengkapi persyaratan tertentu yang telah disyaratkan oleh Tuhan YME kepada manusia.

Namun harus digaris bawahi untuk mengarah dan menjadi manusia sempurna merupakan sesuatu yang sulit bagi kebanyakan orang, maka Pancasila hanya berpesan jadilah manusia seutuhnya sebagaimana yang dipesankan dalam ajaran yang dikandungnya, demi terlaksanannya Keadilan, Kesejahteraan, dan Kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Maka lupa dan khilaf itu merupakan sifat yang disandangkan kepada manusia sebagai kodrat Tuhan YME, agar manusia selalu koreksi diri dan mau mengakui kesalahan yang telah diperbuat dan selalu merasa kurang sebagai dasar menjadi manusia seutuhnya.

Di dalam lambang Negara Bangsa Indonesia terkandung nilai untuk menuju menjadi manusia seutuhnya, berikut makna dan maksud dari lambang – lambang yang ada dalam burung garuda.

Bintang = Cipto : merupakan cahaya Tuhan YME yang ditempatkan ke dalam alam fikir manusia yang memiliki tugas mengingat Tuhan-nya, proses mengingat bisa melalui waktu (mengheningkan cipta) hening, sembahyang, sholat, semedi, bertapa, dan lain – lain bentuk ritual yang dilakukan menurut keyakinan manusia.
Itulah sebabnya sila pertama berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa, bukan berbunyi Kuwajiban menjalankan syariat bagi pemeluk agama Islam. Coba sekarang di logika dengan nalar yang sehat adanya syariat adanya agama itu yang menyebabkan siapa, lebih utama mana menjalankan syariat tidak mengakui adanya Tuhan YME dengan mengakui adanya Tuhan Sang Pencipta Alam dengan menjalankan perintah agama secara sepenggal - sepenggal.

Itulah kenapa jadi orang jangan sok pinter biar gak keblinger (akhrinya tidak tahu lagi mana hal yang pener menurut ketentuan Tuhan YME, dan jangan sok suci biar tidak mati rasa / mati roso pangrosone) dan juga jadi orang jangan sok agamis nanti ditanya dimana lungguhe atau kedudukannya agama (maqomnya agama) tidak tahu, kemudian yang dikatakan Islam itu apa kalo sok agamis harus tahu dimana maqomnya Islam, sehingga disebut dengan Agomo Islam. Seperti sebutan papan tanpo tulis dan tulis tanpo papan dimana letaknya dan apa ujudnya, sehingga ada sebutan mengenai kitab teles (kitab basah).

Makanya kalo beragama jangan sok karena bukti orang beragama semakin dalam derajat keagamaanya dia semakin pandai membaur dengan siapa saja dan apa saja namun tidak  goyah dengan prinsip yang dipegang dan diyakininya, sebagaimana Tuhan YME apapun dia ciptakan dan dia kasihi tidak pandang bulu. Kalo masih pandang bulu maka sebaiknya cara beragamamanya dibetulkan terlebih dahulu jangan koar – koar dulu.

Rantai = Roso : pengikat (rantai) untuk tetap terjaganya sifat keadilan ke dalam jiwa seseorang adalah rasa, karena rasa yang membuktikan adanya nilai – nilai universal yang terkandung dalam kehidupan. Dan nilai – nilai universal merupakan bukti keadilan Tuhan YME yang tak terbatas oleh ras, etnik, golongan, agama, Bangsa, dan suku. Tuhan YME tidak meninak bobok-kan salah satu pemeluk agama, karena keadilan Tuhan YME hanya menghendaki bagi siapa saja yang mampu membeli jualan Tuhan YME yang akan mendapatkan balasan secara khusus dan tempat khusus yang telah disiapkan. Bukti orang punya kesamaan rasa adalah semua manusia tidak senang bila diolok – olok, digunjingkan, difitnah, disakiti, ditipu, dll. Dan sama – sama senang kalo dipuji (padahal senang dipuji malah berbahaya), senang diistimewakan, dan lain – lain. Bukti lain meraskana garam juga sama rasanya asin, merasakan dicubit juga sama rasanya sakit.

Maka kenapa sila kedua berbunyi Kemanusiaan Yang adil dan beradab, sudah terbukti rasa adalah sifat yang ada pada manusia yang paling adil. Apapun kedudukan kita rasa asin tetap sama untuk rasa garam, rasa sakit hati saat diintimidasi juga sama apapun kedudukan kita, makanya beradablah jadi manusia kalo sudah faham demikian halnya jangan sok berkuasa, jangan sok pintar, jangan sok menghakimi, dan lain – lain sok yang merugikan orang lain dan diri sendiri.

Beringin = Rumongso : karena sikap rumongso/merasa bahwa untuk mewujudkan sesuatu ternyata begitu membutuhkan persatuan untuk mewujudkannya. Untuk mewujudkan seorang jabang bayi kedua orang tua bersatu padu dalam kasih - maksuk maka ada sijabang bayi. Timbulnya roso – pangroso yaitu merasa membutuhkan orang lain akan menimbulkan dalam hati sifat – sifat welas - asih, kasih – sayang, dan cinta – kasih. Dengan menggunakan dasar berlambang beringin ini dimaksudkan pada setiap diri muncul jiwa mengayomi, melindungi, dan menyelimuti terhadap sesamanya tanpa kecuali. Untuk mencapai martabat sebagai manusia seutuhnya juga harus bersatu dengan siapapun tanpa kecuali, baru bisa terwujud yang menjadi tujuannya.

Alam juga telah mengajarkan untuk terbentuk buah mangga telah terjadi persatuan dari berbagai elemen alam maka terbentuklah buah mangga yang begitu ranum, terbentuknya hasil akhir yang menyenangkan sesuai harapan karena di dalam persatuan dalam proses pembentukkannya dibarengi adanya rasa cinta kasih dan kasih sayang antar berbagai elemen pembentuknya. Maka kenapa sila ke tiga berbunyi : Persatuan Indonesia.

Banteng = Ngrasakne : karena sudah merasakan nikmat dan senangnya hasil dari persatuan yaitu persatuan yang di dalamnya dibarengi dengan jiwa cinta - kasih dan kasih - sayang maka terbentuklah yang namanya KEBERSAMAAN. Dan kesepakatan yang dibuat membuat setiap insan merasakan betul betapa pentingnya kebersamaan dalam kesepatan yang terpimpin (tidak bertindak sendiri - sendiri) dan akan membuat setiap insan juga merasakan betapa dalam kebersamaan dalam kesepakatan yang terpimpin akan memiliki kekuatan yang dahsyat. Itulah kekuatan rakyat bersatu bagaikan banteng ketaton.

Kalau dikaitkan dengan kemanusiaan yaitu untuk menjadi manusia seutuhnya manusia harus bersepakat pada dirinya yaitu luar dalamnya cocok (antara hati dan ucapan cocok) dengan mengukuti suara hati yang terdalam. Tanpa demikian manusia tidak mungkin memiliki kekuatan menjadi manusia seutuhnya, agama apapun tidak bisa membantah kenyataan ini, karena untuk menuju kepada Tuhan YME diperlukan kebersamaan seluruh bagian tubuh. Maka sila ke empat berbunyi : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

Padi kapas = Ngrumangsani : karena menyadari/ngrumangsani dengan sepenuh hati bahwa hidupnya, keberadaannya sampai mampu memiliki harta dan kekayaan dunia tidak terlepas dari keberadaan kedua orang tua dan keberadaan orang lain, maka membuat insan Bangsa Indonesia merasa perlu dan amat berkepentingan untuk memberikan sumbangsihnya yang berupa tenaga, fikiran, harta, dan waktu untuk disumbangkan kepada orang lain tanpa kecuali secara merata tidak tebang pilih, itulah makna lambang padi dan kapas. Karena itu sebagai insan atau manusia untuk menuju kearah manusia seutuhnya atau manusia yang sempurna harus menanamkan ke dalam hati atau jiwanya sikap berkeadilan secara menyeluruh tanpa kecuali tidak melihat agama apapun semua sama dihadapan Tuhan YME.

Buktinya yang beragama Islam bila ngawur dijalan juga kena bencana tidak ada bedanya itu buktinya, makanya jangan karena menyandang satu agama tertentu beranggapan bahwa secara otomatis akan terjamin dengan sendirinya segalanya itu pemahaman konyol dan tanda ketidaksehatan nalar kita. Allah SWT dan malaikat-Nya amat sangat adil tidak pandang bulu maka jangan punya anggapan yang salah, siapa yang telah menjamin kita dan mana bukti sertifikat dari Tuhan YME dan malaikat kalo kita telah dijamin, makanya sekali jangan menyombongkan diri karena telah menganut agama tertentu.

Maka kenapa sila kelima berbunyi : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, itu membuktikan siapapun akan terkena dampak keadilan Tuhan YME bila persyaratan dari Tuhan YME tidak kita laksanakan dan kita penuhi, bagi yang beragama Islam syaratnya untuk selamat ya harus menjalankan syariat agamanya, begitu juga untuk bisa menjadi orang yang diakui oleh orang lain tentu syaratnya berperilaku yang baik dan benar.
Kepala burung kekiri : sebagai insane kita harus selalu mendengar suara gaib atau selalu mencari tuntunan untuk kebaikan kita.

Sayap berjumlah 17 : dalam bahasa jawa angka 17 = Pitulas maksudnya sebagai insane harus selalu meminta pitulungane dan kawelasane Gusti Pangeran.

Ekor berjumlah 8 : dalam bahasa jawa angka 8 = wolu, maksudnya sebagai insane harus berani (wani/gelem) mendudukkan (nglungguhne) dirinya khususnya dan sesuatu sesuai tempatnya/maqomnya. Jadi kalau jadi pejabat bagai mendudukkan dirinya sebagai pejabat yang pas dan tepat, kalau jadi pemimpin harus tahu bagaimana mendudukkan diri sebagai pemimpin, kalau jadi rakyat juga harus tahu bagaimana mendudukkan diri sebagai rakyat, dan pada dasarnya setiap sesuatu bila seudah berada pada kedudukanya yang tepat maka akan terlihat serasi, harmonis, tertib, rapi, dan indah menyejukkan hati dan mata yang memandang.

Bhineneka Tunggal Ika : mengisyaratkan bahwa dalam satu tubuh ada banyak perbedaan namun bila mana satu sakit semua merasakan, dan bilamana perut kenyang semua ikut segar, serta kepala sebagai pusat kordinasi juga ikut merasakan dan mengupayakan bila ada anggotanya yang celaka, kepala tidak pernah membedakan antara kaki dan mata semua diayomi, inilah seharusnya sifat pemimpin Bangsa Indonesia.
Bulu berjumlah 45 : jumlah 45 bila dijumlah adalah 9 merupakan angka kesempurnaan hidup yang terkandung dalam makna Pancasila itu sendiri, siapa yang mampu menyerap makna yang ada dibaliknya dan mengaplikasikan dalam kehidupan maka akan menjadi manusia seutuhnya.


INDONESIA DI MATA TUHAN



Suatu hari Tuhan tersenyum puas melihat sebuah planet yang baru saja diciptakanNYA.


Malaikat pun bertanya “apa yang baru saja kau ciptakan ya Tuhanku?”

Tuhan menjawab ” lihatlah, Aku baru menciptakan sebuah planet biru bernama bumi, akan menjadi planet yang luar biasa yang pernah Aku cipta. segala seseuatunyaakan berjalan dengan seimbang”

Tuhan pun menjelaskan pada Malaikat tentang benua Eropa. di eropa utara Tuhan menciptakan tanah yang penuh peluangdan menyenangkan seperti Inggris, skotlandia dan prancis, tetpai di tempat itu juga Tuhan menciptakan hawa dingin yang menyengat dan menusuk tulang.

Di eropa selatan Tuhan menciptakan manusia yang agak miskin  seperti spanyol, italia dan portugal tetapi disertai dengan diciptakan banyak sinar matahari dan cuaca yang hangat. serta pemandangan yang indah seperti selat gibraltar.

Malaikat tiba tiba menujnjuk sebuah gugusan pulau, kata Malaikat ” daerah apa itu ya Tuhanku?’

Tuhan berkata pada Malaikat, “ooh itu INDONESIA. sebuah gugusan pulau yang indah, selalu dilimpahi sinar matahari, negara yang sangat kaya, lautnya menyimpan berjuta juta ikan yang siap dipanen, Aku ciptakan beraneka flora dan fauna langka disana, banyak air dan hujan, kuciptakan p[enduduk yang ramah tamah, gemar bergotong royong,beraneka macam kebudayaannya, masyarakatnya pekerja keras, bersahaja dan mencintai seni.

Malaikatpun heran dan memprotes Tuhan ‘lho bukankah katanya tadi akan diciptakan keseimbangan ya Tuhan, lalu kenapa di Indonesia semuanya yang baik baik, dimana letak keseimbangannya???

Tuhanpun menjawab ” tunggu sampai kutempatkan orang idiot dipemerintahannya.”

Dan kami selaku warga negara menyampaikan terima kasih kepada para Pahlawan yang ikhlas mengorbankan jiwa dan raganya demi terbentuk dan berdirinya bangsa Indonesia, dan kami sebagai warga negara ingin memita maaf kepada para Pahlawan karena ternyata sampai saat ini kita masih belum sepenuhnya semua merdeka.

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA

MERDEKA


Selasa, 14 Agustus 2012

OMONG KOSONG PLURALISME!!!


Sekarang ini memang sedang terjadi tabuh genderang pluralisme, yang cenderung sebagai upaya mempluralisasi hal-hal yang memang singular, berbeda dan tak pernah sama. Dengan kata “pluralisme” seakan-akan hal-hal yang memang istimewa menjadi kurang menarik dan terkesan kampungan. Dalam konteks tertentu, orang-orang yang tidak sebangun akan mendapat stempel “radikal” bila tidak sependapat dengan ide orang lain.

Kata pluralisme berbeda makna dengan pluralitas. Meskipun keduanya berperan sebagai “noun”/ kata benda, namun hakekat dari keduanya jauh berbeda. Pluralisme lebih bermakna paham/ ide penyamaan hal-hal yang memang sudah plural atau masih singular. Bahkan dalam buku Tesaurus Bahasa Indonesia tidak ditemukan kata pluralisme. Sedangkan pluralitas, dalam buku yang sama dimaknai sebagai diversitas, heterogenitas, keanekaragaman, kemajemukan, keragaman, multiplisitas variabilitas. Sedangkan Wikipedia memandang bahwa terminologi pluralisme itu ide yang ambigu (tidak berjenis kelamin) dan membingungkan alias tidak jelas.

Dalam dunia yang plural (kemajemukan) tidak perlu ada pluralisme, karena tanpa itu kondisinya sudah plural, beragam dan beraneka warna. Maka terminologi “pluralisme” itu sejatinya hanya representasi dari upaya penggiringan keluar dari konteks yang sebenarnya.
Maka tidak heran penggunaan kata pluralisme di berbagai media dan diskursus lebih didominasi oleh beberapa pihak yang justru memcahkan pluralitas itu sendiri. Pengembang pluralisme, menurut penulis, justru malah mengarahkan kepada singularitas (hanya satu-satunya) dan tidak ada yang lain.

Pluralisme di dalam masyarakat sering diimplementasikan dengan menyamakan semua. Penganut pluralisme sering mengatakan “semua agama itu sama”. Penggiringan definisi ini tidak tepat dan justru membodohi masyarakat.

Agama Hindu tidak sama dengan Kristen. Agama Islam tidak pernah sama dengan agama-agama lain. Pun Budha tidak akan pernah sama dengan agama lain. Biarkanlah agama itu kaya dalam keberbedaannya, tidak perlu kita sama-samakan. Justru karena berbeda itu, kejujuran dan toleransi akan terbentuk dengan sendirinya.

Keberagaman indonesia itu tidak serta merta ada karena upaya dari pluralisme. Ketersediaan agama yang berbeda itu adalah fakta. Orang Islam ya sudah seharusnya menjalankan agamanya secara baik dan benar. Orang Kristen sudah seharusnya menjalankan hukum agamanya dengan sebenarnya. Demikian juga yang lain, Hindu, Budha, Kong Hu Chu, dan lain-lain.

Pun budaya Indonesia yang beraneka ragam. Keragaman itu adalah keindahan. Beribu budaya yang menjadi karakter khusus bagi tiap daerah adalah kekayaan dan kreatifitas generasi sebelumnya dan kini. Dan keragaman mereka itu adalah pluralitas, fakta yang tidak terbantahkan.

Dengan berpikir menghargai pluralitas, seharusnya kita akan mampu menghargai keberbedaan itu. Orang beragama satu tidak bisa mengganggu ibadah umat lain. Orang Islam, Hindu, Budha, Kristen dan umat lain juga sama tidak bisa melakukan hal-hal yang mengganggu ibadanh umat lain.

Dalam konteks keIndonesiaan, kejujuran dan toleransi itu amat penting untuk merangkai persaudaraan antar iman. Kejujuran sering diabaikan dalam pelaksanaan agama dan kepercayaan. Hal yang sering menjadi pergesekan di beberapa daerah adalah sering terlanggarnya aturan main dalam pendirian rumah ibadah karena sering mengabaikan kejujuran.

KENAPA MANUSIA?


Kenapa Manusia diciptakan ?


Setelah kita mengetahui bahwa Tuhan “Ada” dan beserta sifat sifat yang melekat dalam Zat Tuhan. Pertanyaan selanjutnya adalah “Kenapa Manusia diciptakan ?” Karena kebesaran Tuhan kita diciptakan. Karena suatu ke- Maha Berkuasa-an Tuhan kita ada. karena adanya sifat tuhan yang Maha Berkehendak kita ada untuk menyembahnya (berkehendak pasti ada yang melayani kehendak).



Jika kita sebagai hasil keinginan Tuhan “tidak diciptakan” maka sifat Tuhan yang maha Berkehendak tidak akan ada. Jika “tuhan” tidak memiliki suatu “keinginan” atau “kehendak”  apakah layak disebut tuhan ? (makhluknya saja punya keinginan). Kita adalah suatu bukti ke Luarbiasaan Tuhan, kita merupakan suatu bentuk bukti tuhan itu maha berkuasa dan berkehendak.



Jika tuhan maha mengetahui segala gerak gerik manusia di dunia (karena di luar ruang dan waktu). Apakah tindak gerak gerik kita sudah di tentukan ?



Ilustrasin :  apakah dunia kita seperti film di dalam DVD yang telah diatur dan di skenario oleh tuhan ? Apakah ada kehendak bebas ?



Tuhan adalah makhluk yang berkehendak, pasti ada yang disuruh untuk menuruti kehendak-Nya. Tidak akan terjadi suatu proses “disuruh dan menuruti “ atau “yang menyuruh dan disuruh” jika manusia patuh, manut, selalu setuju dan melakukan kehendak Tuhan berikan (manusia seperti mesin yang berjalan menuruti perintah).



Proses “disuruh dan menuruti “ bisa  terjadi jika ada suatu proses mekanisme “pemaksaan” yang menyebabkan “suatu hal” bertindak terpaksa melakukan hal yang diinginkan oleh seseorang atau sesuatu.  Dalam hal ini Tuhan yang menyuruh manusia
Manusia disuruh oleh Tuhan untuk menyembahnya.



Bagaimana proses penyembahan manusia kepada Tuhan yang maha kuasa ? Bagaimana proses penyembahan manusia kepada Tuhan yang telah menciptakan alam semesta beserta hukum hukum alamnya ? Bagaimana proses penyembahan manusia kepada Tuhan yang memiliki segala hal sedangkan manusia tidak memiliki apa apa ?



Tuhan itu Maha Baik, penyembahan yang diinginkan Tuhan tidak lah sulit. Manusia hanya disuruh menyembah dan mengagungkan Tuhan sebagai sang pencipta dan juga disuruh untuk mengikuti aturan, hukum Tuhan yang ada di alam semesta (sebagai pembentuk alam semesta) kita sebut saja  sunnatullah atau hukum alam, ilmu ilmu yang ada yang membentuk alam semesta ini agar manusia tidak celaka, tidak mengalammi hal buruk, tidak mengalami suatu hal yang melawan hukum Tuhan tersebut.



Suatu hal dibuat tuhan agar manusia tidak menjadi robot adalah dengan menciptakan kehendak bebas dan Nafsu / kebutuhan hidup (Id). Manusia diberikan kebebasan untuk melakukan suatu hal di dunia  atau alam semesta ini. Manusia bebas memilih apa yang akan dilakukannya, mengikuti aturan atau tidak. Bentuk pemaksaan tuhan terhadp manusia berupa suatu sebab akibat yang membuat manusia itu sengsara atau terkena suatu hal yang buruk bagi manusia yang tidak mengkuti hukum Allah  = “Hukum Alam”. (bisa 1 manusia dan sekelompok manusia).


Sesungguhnya manusia hanya harus mengikuti hukum Tuhan yang mengarahkan manusia ke dalam keselamatan dan kedamaian dikarenakan tidak bertentangn dengan “Fitrah manusia” yang telah diatur dalam hukum alam (manusia bagian dari Alam semesta).  Di dalam dunia ini lah terjadi peperangan antara yang seharusnya dilakukan yakni mengikuti hukum Tuhan dan keinginan pemenuhan kebutuhan diri yang tidak mematuhi hukum Tuhan. 


Manusia diperbolehkan untuk melakukan kegiatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya seperti , makan, minum, seks, tidur,  kedamaian, ketenangan jiwa, interaksi sosial , cinta,  dll. Namun tidak boleh dilakukan secara berlebihan dan merusak alam semesta atau mencelakai manusia lainnya yang hakekatnya untuk pemenuhan keperluan manusia sendiri (ada godaan setan, kesalahpahaman, ketidaksengajaan). Manusia akan selamat jika mengikuti hukum hukum Tuhan (Sunnatullah) dan akan kesulitan, celaka, sengsara ketika tidak mengikuti hukum Tuhan.


Namun karena banyak manusia yang telah lupa dan bertindak di luar hukum Tuhan maka Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang memberikan atau menurunkan agama (petunjuk) yang berfunsi untuk meluruskan, mengarahkan manusia supaya “menyembah Nya”  dengan agama yang diturunkan/diberitahukan kepada rasul atau nabi Nya yang juga manusia dan 1 dunia dengan manusia lainnya. Bentuk perwujudan bantuan Tuhan yakni informasi yang dititpkan kepada Rasul dan Nabi dan atau dengan kitab kitab Nya yang berisi tentang suatu arahan, informasi yang memberikan keterangan kebesaran tuhan atau juga suatu mukjizat (suatu fenomena luar biasa yang terjadi di dunia).


Meskipun manusia tidak mau menyembah Tuhan hal itu bukan suatu hal yang sulit karena Tuhan hanya perlu membuat Alam semesta dan makhluk lain yang lebih “baik”, “indah” dengan “unsur hukum  alam” pemebentuk alalm semesta yang berbeda dengan “unsur hukum alam”  yang ada di alam semesta ini.



Bisa dikatakan bahwa hukum alam yang tuhan buat itu sama dengan hal Ilmiah. Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti empiris dan Rasional. Hal yang sama kita buktikan untuk mencari Tuhan itu “Ada”  dan mencari jawaban atas pertanyaan “Berapa kecepatan cahaya itu ? Kedua jawaban itu menggunakan metode ilmiah yang sistematis, bisa dipikirkan orang lain dan bisa di kritisi.


Sebaliknya jika ada hal yang dikatakan Ilmiah namun sangat bertentangan dengan kitab suci maka bisa diambil kesimpulan bahwa hasil penelitian ilmiah itu masih belum lengkap dan teruji dengan baik.


Dari hasil pembahasan diatas dapat diketahui  bahwa Tuhan menurunkan agama kepada Manusia sebagai suatu perwujudan sifat Maha Penyayang dan Maha Pemurah. Dalam pembahsan diatas Agama memiliki tujuan untuk menyuruh manusia untuk menyembah Tuhan yang maha Esa (Satu) dengan memuji muji, mengagungkan Tuhan, memaksa kita manusia untuk menyatakan bahwa Tuhan itu “sangat Luar Biasa” dan mengikuti apa yang diperintah yakni sesuai dengan Hukum Tuhan yang ada di alam semesta ini. Agama tersebut dibawa oleh Nabi yang ditunjuk dan dititipi perintah atau informasi tersebut.



Dapat diambil dari keterangan tersebut yang terkandung dalam agama adalah berisi tentang Tuhan yang Esa (satu) “Zat yang disembah”, keterangan agama yang sesuai dengan hukum Tuhan yang ada di alam semesta, terdapat nabi yang memberikan petunjuk agama  Tuhan bagi manusia dan kitab suci yang berisi Kalam (salah satu sifat Tuhan “Berbicara”) ucapan tuhan untuk menyembah-Nya.



Di dunia ini banyak agama dan di Indonesia saja terdapat 5 agama yang berbeda mulai dari konsep ketuhanan, nabi dan kitab suci nya.



Kita sepakat bahwa kebenaran tidak mungkin jamak
http://filsafat.kompasiana.com/2012/07/15/konsep-kebenaran/ (silahkan Kritisi)


MERAH PUTIH HARGA MATI


NKRI wajib di jadikan harga mati dalam nasionalisme. Gelora semangat merah putih ini harus mendarah daging dalam diri masing-masing jiwa setiap rakyat yang mencintai bumi pertiwi ini. 

Merah adalah icon keberanian dan semangat, untuk menjaga martabat bangsa yang telah memegang kokoh komitmennya mendapatkan kemerdekaan. Segenap kembali kepada sejarah, dimana mereka berjuang dengan penuh semangat 45, untuk meraih dan mengibarkan Merah putih di waktu negeri ini  termonopoli.

Putih identik melambangkan kesucian yang harus di jaga, terutama dari mereka yang ingin menodai bangsa dan norma Pancasila, sebagai ideologi negara.!!!

Di era Demokrasi yang selalu menggunakan politik ini kita patut berhati - hati, sebab tak jarang mereka menggunakan politik kejam untuk kepentingan individu atau kelompok, dimana rakyat awam yang menjadi korban atas ketidak manusiawian elit politik. Mereka selalu berdalil demi kepentingan negara, kesejahteraan rakyat dan berdasarkan hukum yang hanya berpihak pada kaum KAPITALIS.

Secara tak sadar kita telah di adu dombakan oleh mereka (KAPITALIS). Kita saling serang dan menjatuhkan antar sesama, dan melupakan NKRI yang seharusnya kita kokoh kan.

Bersama ini saya pribadi tak ingin bangsa ini tercabik-cabik di bawah kekuasaan bangsa asing yang ingin mengeruk harta kekayaan Indonesia tanpa menghiraukan kepentingan kita. Mari kita tinggikan harga sebuah PANCASILA, dan membuka mata hati kita untuk meraih totalitas kemerdekaan, agar mendapat kan kesejahtaraan menyeluruh bagi kita yang benar - benar tersiksa…