Jumat, 17 Agustus 2012

KAPASITAS BUMI KITA


KAPASITAS bumi untuk menampung manusia berapa sih ?  Menurut Botlin dan Keller, dalam Earth as a Living Planet, kapasitas bumi kita hanya bisa menampung 2,5 milyar manusia jika cara hidup manusia seperti cara hidup orang Amerika.  Tapi kalau cara hidup manusia seperti orang Afrika, maka daya tampung bumi dapat mencapat 40 milyar manusia.

Sekarang ini manusia yang ada di bumi sekitar 7 milyar orang. Luas daratan di permukaan bumi yang semakin berkurang (akibat erosi, mencairnya es di kutub, meningkatnya daerah yang tidak bisa dihuni dll) menyebabkan jatah luasan per orang cuma sekitar 1,2 hekar.  Satu koma dua hektar ini disebut sebagai “Biocapacity”.  Biokapasitas yang cuma 1,2 ha harus dipakai secara bersama-sama oleh hewan lain dari semut hingga gajah, yang kesemuanya perlu makan, minum, buang limbah dsb.

Sementara itu, jatah 1,2 ha tanah per orang harus digunakan untuk tanaman pangan, tanaman untuk sandang, papan untuk perumahan, perabot rumah seperti furnitur dll.  Di tanah yang 1,2 ha itu pula harus digunakan untuk industri, pembuangan limbah industri.

Mahluk hidup selain manusia (hewan dan tumbuhan) makan dan minum secukupnya, buang limbah pun dapat terus dimanfaatkan oleh mahluk lain, diantara sesama mereka pun ada yang saling makan.

Sementara itu, mahluk hidup yang bernama manusia, sebagian dari mereka makannya sangat banyak melebihi kapasitas perutnya sendiri.  Dan, sebagian lagi sampai kekurangan makan.
Kapasitas bumi untuk menampung manusia semakin berkurang, sementara itu jumlah manusia juga semakin bertambah, jumlah limbah yang berbahaya, beracun dan berbau juga semakin memenuhi bumi, yang tentunya akan mempengaruhi kualitas kehidupan manusia. Jumlah sampah industri, sampah rumahtangga semakin memenuhi bumi.  Di Amerika, setiap lima menit ada 2 juta bekas botol minuman sebagai sampah. Muncullah ide untuk me-reuse dan me-recycle barang2 yang mungkin dilakukan seperti itu.

Kualitas udara semakin berkurang, kualitas air semakin buruk, penyakit menular mewabah, lalu apa usaha kita untuk menjaga bumi ini tetap bersih dan layak huni ?

Demikian juga persediaan energi yang kian menipis, maka semakin lengkaplah penderitaan manusia yang kurang beruntung nasibnya di dunia ini.  Gas susah, minyak tanah langka, bensin, solar kadang2 hilang dari pasaran.

Lalu muncullah Bioteknologi yang dapat mengatasi masalah pencemaran lingkungan, dapat mengatasi masalah produsen pangan, dapat mengatasi berbagai penyakit, dapat mengatasi krisis energi.  Tapi bioteknologi muncul bukan tanpa efek samping.  Tanaman transgenik sudah banyak mendapat protes dimana-mana, karena berbagai sebab.

Inilah renungan untuk kita yang masih perlu hidup di bumi ini, bagaimana pula nasib anak cucu kita.

Kamis, 16 Agustus 2012

Bersatunya Alat Reproduksi Manusia Melahirkan Pancasila



Logika berfikir sebelum bicara mengenai kesempurnaan harus dibenarkan dulu bagaimana kedudukan yang dimaksudkan dengan kalimat kesempurnaan itu sendiri. Bicara kesempurnaan makhluk dengan kesempurnaan Tuhan amatlah berbeda dan tidak mungkin disamakan, karena jelas sekali secara criteria amat berbeda. Kesempurnaan makhluk dalam hal ini manusia yang menentukan criteria kesempurnaan adalah Sang Pencipta atau Tuhan YME, kesempurnaan Tuhan kriterianya berdasar segala sifat dan segala kebesarannya yang tak terbatas, sedang kesempurnaan manusia karena kemampuannya melengkapi persyaratan tertentu yang telah disyaratkan oleh Tuhan YME kepada manusia.

Namun harus digaris bawahi untuk mengarah dan menjadi manusia sempurna merupakan sesuatu yang sulit bagi kebanyakan orang, maka Pancasila hanya berpesan jadilah manusia seutuhnya sebagaimana yang dipesankan dalam ajaran yang dikandungnya, demi terlaksanannya Keadilan, Kesejahteraan, dan Kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Maka lupa dan khilaf itu merupakan sifat yang disandangkan kepada manusia sebagai kodrat Tuhan YME, agar manusia selalu koreksi diri dan mau mengakui kesalahan yang telah diperbuat dan selalu merasa kurang sebagai dasar menjadi manusia seutuhnya.

Di dalam lambang Negara Bangsa Indonesia terkandung nilai untuk menuju menjadi manusia seutuhnya, berikut makna dan maksud dari lambang – lambang yang ada dalam burung garuda.

Bintang = Cipto : merupakan cahaya Tuhan YME yang ditempatkan ke dalam alam fikir manusia yang memiliki tugas mengingat Tuhan-nya, proses mengingat bisa melalui waktu (mengheningkan cipta) hening, sembahyang, sholat, semedi, bertapa, dan lain – lain bentuk ritual yang dilakukan menurut keyakinan manusia.
Itulah sebabnya sila pertama berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa, bukan berbunyi Kuwajiban menjalankan syariat bagi pemeluk agama Islam. Coba sekarang di logika dengan nalar yang sehat adanya syariat adanya agama itu yang menyebabkan siapa, lebih utama mana menjalankan syariat tidak mengakui adanya Tuhan YME dengan mengakui adanya Tuhan Sang Pencipta Alam dengan menjalankan perintah agama secara sepenggal - sepenggal.

Itulah kenapa jadi orang jangan sok pinter biar gak keblinger (akhrinya tidak tahu lagi mana hal yang pener menurut ketentuan Tuhan YME, dan jangan sok suci biar tidak mati rasa / mati roso pangrosone) dan juga jadi orang jangan sok agamis nanti ditanya dimana lungguhe atau kedudukannya agama (maqomnya agama) tidak tahu, kemudian yang dikatakan Islam itu apa kalo sok agamis harus tahu dimana maqomnya Islam, sehingga disebut dengan Agomo Islam. Seperti sebutan papan tanpo tulis dan tulis tanpo papan dimana letaknya dan apa ujudnya, sehingga ada sebutan mengenai kitab teles (kitab basah).

Makanya kalo beragama jangan sok karena bukti orang beragama semakin dalam derajat keagamaanya dia semakin pandai membaur dengan siapa saja dan apa saja namun tidak  goyah dengan prinsip yang dipegang dan diyakininya, sebagaimana Tuhan YME apapun dia ciptakan dan dia kasihi tidak pandang bulu. Kalo masih pandang bulu maka sebaiknya cara beragamamanya dibetulkan terlebih dahulu jangan koar – koar dulu.

Rantai = Roso : pengikat (rantai) untuk tetap terjaganya sifat keadilan ke dalam jiwa seseorang adalah rasa, karena rasa yang membuktikan adanya nilai – nilai universal yang terkandung dalam kehidupan. Dan nilai – nilai universal merupakan bukti keadilan Tuhan YME yang tak terbatas oleh ras, etnik, golongan, agama, Bangsa, dan suku. Tuhan YME tidak meninak bobok-kan salah satu pemeluk agama, karena keadilan Tuhan YME hanya menghendaki bagi siapa saja yang mampu membeli jualan Tuhan YME yang akan mendapatkan balasan secara khusus dan tempat khusus yang telah disiapkan. Bukti orang punya kesamaan rasa adalah semua manusia tidak senang bila diolok – olok, digunjingkan, difitnah, disakiti, ditipu, dll. Dan sama – sama senang kalo dipuji (padahal senang dipuji malah berbahaya), senang diistimewakan, dan lain – lain. Bukti lain meraskana garam juga sama rasanya asin, merasakan dicubit juga sama rasanya sakit.

Maka kenapa sila kedua berbunyi Kemanusiaan Yang adil dan beradab, sudah terbukti rasa adalah sifat yang ada pada manusia yang paling adil. Apapun kedudukan kita rasa asin tetap sama untuk rasa garam, rasa sakit hati saat diintimidasi juga sama apapun kedudukan kita, makanya beradablah jadi manusia kalo sudah faham demikian halnya jangan sok berkuasa, jangan sok pintar, jangan sok menghakimi, dan lain – lain sok yang merugikan orang lain dan diri sendiri.

Beringin = Rumongso : karena sikap rumongso/merasa bahwa untuk mewujudkan sesuatu ternyata begitu membutuhkan persatuan untuk mewujudkannya. Untuk mewujudkan seorang jabang bayi kedua orang tua bersatu padu dalam kasih - maksuk maka ada sijabang bayi. Timbulnya roso – pangroso yaitu merasa membutuhkan orang lain akan menimbulkan dalam hati sifat – sifat welas - asih, kasih – sayang, dan cinta – kasih. Dengan menggunakan dasar berlambang beringin ini dimaksudkan pada setiap diri muncul jiwa mengayomi, melindungi, dan menyelimuti terhadap sesamanya tanpa kecuali. Untuk mencapai martabat sebagai manusia seutuhnya juga harus bersatu dengan siapapun tanpa kecuali, baru bisa terwujud yang menjadi tujuannya.

Alam juga telah mengajarkan untuk terbentuk buah mangga telah terjadi persatuan dari berbagai elemen alam maka terbentuklah buah mangga yang begitu ranum, terbentuknya hasil akhir yang menyenangkan sesuai harapan karena di dalam persatuan dalam proses pembentukkannya dibarengi adanya rasa cinta kasih dan kasih sayang antar berbagai elemen pembentuknya. Maka kenapa sila ke tiga berbunyi : Persatuan Indonesia.

Banteng = Ngrasakne : karena sudah merasakan nikmat dan senangnya hasil dari persatuan yaitu persatuan yang di dalamnya dibarengi dengan jiwa cinta - kasih dan kasih - sayang maka terbentuklah yang namanya KEBERSAMAAN. Dan kesepakatan yang dibuat membuat setiap insan merasakan betul betapa pentingnya kebersamaan dalam kesepatan yang terpimpin (tidak bertindak sendiri - sendiri) dan akan membuat setiap insan juga merasakan betapa dalam kebersamaan dalam kesepakatan yang terpimpin akan memiliki kekuatan yang dahsyat. Itulah kekuatan rakyat bersatu bagaikan banteng ketaton.

Kalau dikaitkan dengan kemanusiaan yaitu untuk menjadi manusia seutuhnya manusia harus bersepakat pada dirinya yaitu luar dalamnya cocok (antara hati dan ucapan cocok) dengan mengukuti suara hati yang terdalam. Tanpa demikian manusia tidak mungkin memiliki kekuatan menjadi manusia seutuhnya, agama apapun tidak bisa membantah kenyataan ini, karena untuk menuju kepada Tuhan YME diperlukan kebersamaan seluruh bagian tubuh. Maka sila ke empat berbunyi : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

Padi kapas = Ngrumangsani : karena menyadari/ngrumangsani dengan sepenuh hati bahwa hidupnya, keberadaannya sampai mampu memiliki harta dan kekayaan dunia tidak terlepas dari keberadaan kedua orang tua dan keberadaan orang lain, maka membuat insan Bangsa Indonesia merasa perlu dan amat berkepentingan untuk memberikan sumbangsihnya yang berupa tenaga, fikiran, harta, dan waktu untuk disumbangkan kepada orang lain tanpa kecuali secara merata tidak tebang pilih, itulah makna lambang padi dan kapas. Karena itu sebagai insan atau manusia untuk menuju kearah manusia seutuhnya atau manusia yang sempurna harus menanamkan ke dalam hati atau jiwanya sikap berkeadilan secara menyeluruh tanpa kecuali tidak melihat agama apapun semua sama dihadapan Tuhan YME.

Buktinya yang beragama Islam bila ngawur dijalan juga kena bencana tidak ada bedanya itu buktinya, makanya jangan karena menyandang satu agama tertentu beranggapan bahwa secara otomatis akan terjamin dengan sendirinya segalanya itu pemahaman konyol dan tanda ketidaksehatan nalar kita. Allah SWT dan malaikat-Nya amat sangat adil tidak pandang bulu maka jangan punya anggapan yang salah, siapa yang telah menjamin kita dan mana bukti sertifikat dari Tuhan YME dan malaikat kalo kita telah dijamin, makanya sekali jangan menyombongkan diri karena telah menganut agama tertentu.

Maka kenapa sila kelima berbunyi : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, itu membuktikan siapapun akan terkena dampak keadilan Tuhan YME bila persyaratan dari Tuhan YME tidak kita laksanakan dan kita penuhi, bagi yang beragama Islam syaratnya untuk selamat ya harus menjalankan syariat agamanya, begitu juga untuk bisa menjadi orang yang diakui oleh orang lain tentu syaratnya berperilaku yang baik dan benar.
Kepala burung kekiri : sebagai insane kita harus selalu mendengar suara gaib atau selalu mencari tuntunan untuk kebaikan kita.

Sayap berjumlah 17 : dalam bahasa jawa angka 17 = Pitulas maksudnya sebagai insane harus selalu meminta pitulungane dan kawelasane Gusti Pangeran.

Ekor berjumlah 8 : dalam bahasa jawa angka 8 = wolu, maksudnya sebagai insane harus berani (wani/gelem) mendudukkan (nglungguhne) dirinya khususnya dan sesuatu sesuai tempatnya/maqomnya. Jadi kalau jadi pejabat bagai mendudukkan dirinya sebagai pejabat yang pas dan tepat, kalau jadi pemimpin harus tahu bagaimana mendudukkan diri sebagai pemimpin, kalau jadi rakyat juga harus tahu bagaimana mendudukkan diri sebagai rakyat, dan pada dasarnya setiap sesuatu bila seudah berada pada kedudukanya yang tepat maka akan terlihat serasi, harmonis, tertib, rapi, dan indah menyejukkan hati dan mata yang memandang.

Bhineneka Tunggal Ika : mengisyaratkan bahwa dalam satu tubuh ada banyak perbedaan namun bila mana satu sakit semua merasakan, dan bilamana perut kenyang semua ikut segar, serta kepala sebagai pusat kordinasi juga ikut merasakan dan mengupayakan bila ada anggotanya yang celaka, kepala tidak pernah membedakan antara kaki dan mata semua diayomi, inilah seharusnya sifat pemimpin Bangsa Indonesia.
Bulu berjumlah 45 : jumlah 45 bila dijumlah adalah 9 merupakan angka kesempurnaan hidup yang terkandung dalam makna Pancasila itu sendiri, siapa yang mampu menyerap makna yang ada dibaliknya dan mengaplikasikan dalam kehidupan maka akan menjadi manusia seutuhnya.


INDONESIA DI MATA TUHAN



Suatu hari Tuhan tersenyum puas melihat sebuah planet yang baru saja diciptakanNYA.


Malaikat pun bertanya “apa yang baru saja kau ciptakan ya Tuhanku?”

Tuhan menjawab ” lihatlah, Aku baru menciptakan sebuah planet biru bernama bumi, akan menjadi planet yang luar biasa yang pernah Aku cipta. segala seseuatunyaakan berjalan dengan seimbang”

Tuhan pun menjelaskan pada Malaikat tentang benua Eropa. di eropa utara Tuhan menciptakan tanah yang penuh peluangdan menyenangkan seperti Inggris, skotlandia dan prancis, tetpai di tempat itu juga Tuhan menciptakan hawa dingin yang menyengat dan menusuk tulang.

Di eropa selatan Tuhan menciptakan manusia yang agak miskin  seperti spanyol, italia dan portugal tetapi disertai dengan diciptakan banyak sinar matahari dan cuaca yang hangat. serta pemandangan yang indah seperti selat gibraltar.

Malaikat tiba tiba menujnjuk sebuah gugusan pulau, kata Malaikat ” daerah apa itu ya Tuhanku?’

Tuhan berkata pada Malaikat, “ooh itu INDONESIA. sebuah gugusan pulau yang indah, selalu dilimpahi sinar matahari, negara yang sangat kaya, lautnya menyimpan berjuta juta ikan yang siap dipanen, Aku ciptakan beraneka flora dan fauna langka disana, banyak air dan hujan, kuciptakan p[enduduk yang ramah tamah, gemar bergotong royong,beraneka macam kebudayaannya, masyarakatnya pekerja keras, bersahaja dan mencintai seni.

Malaikatpun heran dan memprotes Tuhan ‘lho bukankah katanya tadi akan diciptakan keseimbangan ya Tuhan, lalu kenapa di Indonesia semuanya yang baik baik, dimana letak keseimbangannya???

Tuhanpun menjawab ” tunggu sampai kutempatkan orang idiot dipemerintahannya.”

Dan kami selaku warga negara menyampaikan terima kasih kepada para Pahlawan yang ikhlas mengorbankan jiwa dan raganya demi terbentuk dan berdirinya bangsa Indonesia, dan kami sebagai warga negara ingin memita maaf kepada para Pahlawan karena ternyata sampai saat ini kita masih belum sepenuhnya semua merdeka.

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA

MERDEKA


Selasa, 14 Agustus 2012

OMONG KOSONG PLURALISME!!!


Sekarang ini memang sedang terjadi tabuh genderang pluralisme, yang cenderung sebagai upaya mempluralisasi hal-hal yang memang singular, berbeda dan tak pernah sama. Dengan kata “pluralisme” seakan-akan hal-hal yang memang istimewa menjadi kurang menarik dan terkesan kampungan. Dalam konteks tertentu, orang-orang yang tidak sebangun akan mendapat stempel “radikal” bila tidak sependapat dengan ide orang lain.

Kata pluralisme berbeda makna dengan pluralitas. Meskipun keduanya berperan sebagai “noun”/ kata benda, namun hakekat dari keduanya jauh berbeda. Pluralisme lebih bermakna paham/ ide penyamaan hal-hal yang memang sudah plural atau masih singular. Bahkan dalam buku Tesaurus Bahasa Indonesia tidak ditemukan kata pluralisme. Sedangkan pluralitas, dalam buku yang sama dimaknai sebagai diversitas, heterogenitas, keanekaragaman, kemajemukan, keragaman, multiplisitas variabilitas. Sedangkan Wikipedia memandang bahwa terminologi pluralisme itu ide yang ambigu (tidak berjenis kelamin) dan membingungkan alias tidak jelas.

Dalam dunia yang plural (kemajemukan) tidak perlu ada pluralisme, karena tanpa itu kondisinya sudah plural, beragam dan beraneka warna. Maka terminologi “pluralisme” itu sejatinya hanya representasi dari upaya penggiringan keluar dari konteks yang sebenarnya.
Maka tidak heran penggunaan kata pluralisme di berbagai media dan diskursus lebih didominasi oleh beberapa pihak yang justru memcahkan pluralitas itu sendiri. Pengembang pluralisme, menurut penulis, justru malah mengarahkan kepada singularitas (hanya satu-satunya) dan tidak ada yang lain.

Pluralisme di dalam masyarakat sering diimplementasikan dengan menyamakan semua. Penganut pluralisme sering mengatakan “semua agama itu sama”. Penggiringan definisi ini tidak tepat dan justru membodohi masyarakat.

Agama Hindu tidak sama dengan Kristen. Agama Islam tidak pernah sama dengan agama-agama lain. Pun Budha tidak akan pernah sama dengan agama lain. Biarkanlah agama itu kaya dalam keberbedaannya, tidak perlu kita sama-samakan. Justru karena berbeda itu, kejujuran dan toleransi akan terbentuk dengan sendirinya.

Keberagaman indonesia itu tidak serta merta ada karena upaya dari pluralisme. Ketersediaan agama yang berbeda itu adalah fakta. Orang Islam ya sudah seharusnya menjalankan agamanya secara baik dan benar. Orang Kristen sudah seharusnya menjalankan hukum agamanya dengan sebenarnya. Demikian juga yang lain, Hindu, Budha, Kong Hu Chu, dan lain-lain.

Pun budaya Indonesia yang beraneka ragam. Keragaman itu adalah keindahan. Beribu budaya yang menjadi karakter khusus bagi tiap daerah adalah kekayaan dan kreatifitas generasi sebelumnya dan kini. Dan keragaman mereka itu adalah pluralitas, fakta yang tidak terbantahkan.

Dengan berpikir menghargai pluralitas, seharusnya kita akan mampu menghargai keberbedaan itu. Orang beragama satu tidak bisa mengganggu ibadah umat lain. Orang Islam, Hindu, Budha, Kristen dan umat lain juga sama tidak bisa melakukan hal-hal yang mengganggu ibadanh umat lain.

Dalam konteks keIndonesiaan, kejujuran dan toleransi itu amat penting untuk merangkai persaudaraan antar iman. Kejujuran sering diabaikan dalam pelaksanaan agama dan kepercayaan. Hal yang sering menjadi pergesekan di beberapa daerah adalah sering terlanggarnya aturan main dalam pendirian rumah ibadah karena sering mengabaikan kejujuran.

KENAPA MANUSIA?


Kenapa Manusia diciptakan ?


Setelah kita mengetahui bahwa Tuhan “Ada” dan beserta sifat sifat yang melekat dalam Zat Tuhan. Pertanyaan selanjutnya adalah “Kenapa Manusia diciptakan ?” Karena kebesaran Tuhan kita diciptakan. Karena suatu ke- Maha Berkuasa-an Tuhan kita ada. karena adanya sifat tuhan yang Maha Berkehendak kita ada untuk menyembahnya (berkehendak pasti ada yang melayani kehendak).



Jika kita sebagai hasil keinginan Tuhan “tidak diciptakan” maka sifat Tuhan yang maha Berkehendak tidak akan ada. Jika “tuhan” tidak memiliki suatu “keinginan” atau “kehendak”  apakah layak disebut tuhan ? (makhluknya saja punya keinginan). Kita adalah suatu bukti ke Luarbiasaan Tuhan, kita merupakan suatu bentuk bukti tuhan itu maha berkuasa dan berkehendak.



Jika tuhan maha mengetahui segala gerak gerik manusia di dunia (karena di luar ruang dan waktu). Apakah tindak gerak gerik kita sudah di tentukan ?



Ilustrasin :  apakah dunia kita seperti film di dalam DVD yang telah diatur dan di skenario oleh tuhan ? Apakah ada kehendak bebas ?



Tuhan adalah makhluk yang berkehendak, pasti ada yang disuruh untuk menuruti kehendak-Nya. Tidak akan terjadi suatu proses “disuruh dan menuruti “ atau “yang menyuruh dan disuruh” jika manusia patuh, manut, selalu setuju dan melakukan kehendak Tuhan berikan (manusia seperti mesin yang berjalan menuruti perintah).



Proses “disuruh dan menuruti “ bisa  terjadi jika ada suatu proses mekanisme “pemaksaan” yang menyebabkan “suatu hal” bertindak terpaksa melakukan hal yang diinginkan oleh seseorang atau sesuatu.  Dalam hal ini Tuhan yang menyuruh manusia
Manusia disuruh oleh Tuhan untuk menyembahnya.



Bagaimana proses penyembahan manusia kepada Tuhan yang maha kuasa ? Bagaimana proses penyembahan manusia kepada Tuhan yang telah menciptakan alam semesta beserta hukum hukum alamnya ? Bagaimana proses penyembahan manusia kepada Tuhan yang memiliki segala hal sedangkan manusia tidak memiliki apa apa ?



Tuhan itu Maha Baik, penyembahan yang diinginkan Tuhan tidak lah sulit. Manusia hanya disuruh menyembah dan mengagungkan Tuhan sebagai sang pencipta dan juga disuruh untuk mengikuti aturan, hukum Tuhan yang ada di alam semesta (sebagai pembentuk alam semesta) kita sebut saja  sunnatullah atau hukum alam, ilmu ilmu yang ada yang membentuk alam semesta ini agar manusia tidak celaka, tidak mengalammi hal buruk, tidak mengalami suatu hal yang melawan hukum Tuhan tersebut.



Suatu hal dibuat tuhan agar manusia tidak menjadi robot adalah dengan menciptakan kehendak bebas dan Nafsu / kebutuhan hidup (Id). Manusia diberikan kebebasan untuk melakukan suatu hal di dunia  atau alam semesta ini. Manusia bebas memilih apa yang akan dilakukannya, mengikuti aturan atau tidak. Bentuk pemaksaan tuhan terhadp manusia berupa suatu sebab akibat yang membuat manusia itu sengsara atau terkena suatu hal yang buruk bagi manusia yang tidak mengkuti hukum Allah  = “Hukum Alam”. (bisa 1 manusia dan sekelompok manusia).


Sesungguhnya manusia hanya harus mengikuti hukum Tuhan yang mengarahkan manusia ke dalam keselamatan dan kedamaian dikarenakan tidak bertentangn dengan “Fitrah manusia” yang telah diatur dalam hukum alam (manusia bagian dari Alam semesta).  Di dalam dunia ini lah terjadi peperangan antara yang seharusnya dilakukan yakni mengikuti hukum Tuhan dan keinginan pemenuhan kebutuhan diri yang tidak mematuhi hukum Tuhan. 


Manusia diperbolehkan untuk melakukan kegiatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya seperti , makan, minum, seks, tidur,  kedamaian, ketenangan jiwa, interaksi sosial , cinta,  dll. Namun tidak boleh dilakukan secara berlebihan dan merusak alam semesta atau mencelakai manusia lainnya yang hakekatnya untuk pemenuhan keperluan manusia sendiri (ada godaan setan, kesalahpahaman, ketidaksengajaan). Manusia akan selamat jika mengikuti hukum hukum Tuhan (Sunnatullah) dan akan kesulitan, celaka, sengsara ketika tidak mengikuti hukum Tuhan.


Namun karena banyak manusia yang telah lupa dan bertindak di luar hukum Tuhan maka Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang memberikan atau menurunkan agama (petunjuk) yang berfunsi untuk meluruskan, mengarahkan manusia supaya “menyembah Nya”  dengan agama yang diturunkan/diberitahukan kepada rasul atau nabi Nya yang juga manusia dan 1 dunia dengan manusia lainnya. Bentuk perwujudan bantuan Tuhan yakni informasi yang dititpkan kepada Rasul dan Nabi dan atau dengan kitab kitab Nya yang berisi tentang suatu arahan, informasi yang memberikan keterangan kebesaran tuhan atau juga suatu mukjizat (suatu fenomena luar biasa yang terjadi di dunia).


Meskipun manusia tidak mau menyembah Tuhan hal itu bukan suatu hal yang sulit karena Tuhan hanya perlu membuat Alam semesta dan makhluk lain yang lebih “baik”, “indah” dengan “unsur hukum  alam” pemebentuk alalm semesta yang berbeda dengan “unsur hukum alam”  yang ada di alam semesta ini.



Bisa dikatakan bahwa hukum alam yang tuhan buat itu sama dengan hal Ilmiah. Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti empiris dan Rasional. Hal yang sama kita buktikan untuk mencari Tuhan itu “Ada”  dan mencari jawaban atas pertanyaan “Berapa kecepatan cahaya itu ? Kedua jawaban itu menggunakan metode ilmiah yang sistematis, bisa dipikirkan orang lain dan bisa di kritisi.


Sebaliknya jika ada hal yang dikatakan Ilmiah namun sangat bertentangan dengan kitab suci maka bisa diambil kesimpulan bahwa hasil penelitian ilmiah itu masih belum lengkap dan teruji dengan baik.


Dari hasil pembahasan diatas dapat diketahui  bahwa Tuhan menurunkan agama kepada Manusia sebagai suatu perwujudan sifat Maha Penyayang dan Maha Pemurah. Dalam pembahsan diatas Agama memiliki tujuan untuk menyuruh manusia untuk menyembah Tuhan yang maha Esa (Satu) dengan memuji muji, mengagungkan Tuhan, memaksa kita manusia untuk menyatakan bahwa Tuhan itu “sangat Luar Biasa” dan mengikuti apa yang diperintah yakni sesuai dengan Hukum Tuhan yang ada di alam semesta ini. Agama tersebut dibawa oleh Nabi yang ditunjuk dan dititipi perintah atau informasi tersebut.



Dapat diambil dari keterangan tersebut yang terkandung dalam agama adalah berisi tentang Tuhan yang Esa (satu) “Zat yang disembah”, keterangan agama yang sesuai dengan hukum Tuhan yang ada di alam semesta, terdapat nabi yang memberikan petunjuk agama  Tuhan bagi manusia dan kitab suci yang berisi Kalam (salah satu sifat Tuhan “Berbicara”) ucapan tuhan untuk menyembah-Nya.



Di dunia ini banyak agama dan di Indonesia saja terdapat 5 agama yang berbeda mulai dari konsep ketuhanan, nabi dan kitab suci nya.



Kita sepakat bahwa kebenaran tidak mungkin jamak
http://filsafat.kompasiana.com/2012/07/15/konsep-kebenaran/ (silahkan Kritisi)


MERAH PUTIH HARGA MATI


NKRI wajib di jadikan harga mati dalam nasionalisme. Gelora semangat merah putih ini harus mendarah daging dalam diri masing-masing jiwa setiap rakyat yang mencintai bumi pertiwi ini. 

Merah adalah icon keberanian dan semangat, untuk menjaga martabat bangsa yang telah memegang kokoh komitmennya mendapatkan kemerdekaan. Segenap kembali kepada sejarah, dimana mereka berjuang dengan penuh semangat 45, untuk meraih dan mengibarkan Merah putih di waktu negeri ini  termonopoli.

Putih identik melambangkan kesucian yang harus di jaga, terutama dari mereka yang ingin menodai bangsa dan norma Pancasila, sebagai ideologi negara.!!!

Di era Demokrasi yang selalu menggunakan politik ini kita patut berhati - hati, sebab tak jarang mereka menggunakan politik kejam untuk kepentingan individu atau kelompok, dimana rakyat awam yang menjadi korban atas ketidak manusiawian elit politik. Mereka selalu berdalil demi kepentingan negara, kesejahteraan rakyat dan berdasarkan hukum yang hanya berpihak pada kaum KAPITALIS.

Secara tak sadar kita telah di adu dombakan oleh mereka (KAPITALIS). Kita saling serang dan menjatuhkan antar sesama, dan melupakan NKRI yang seharusnya kita kokoh kan.

Bersama ini saya pribadi tak ingin bangsa ini tercabik-cabik di bawah kekuasaan bangsa asing yang ingin mengeruk harta kekayaan Indonesia tanpa menghiraukan kepentingan kita. Mari kita tinggikan harga sebuah PANCASILA, dan membuka mata hati kita untuk meraih totalitas kemerdekaan, agar mendapat kan kesejahtaraan menyeluruh bagi kita yang benar - benar tersiksa…



TENTARA BUKAN PENGUASA!!!


Tentara itu digaji setiap bulannya dari uang masyarakat melalui pajak dan hasil bumi lainnya untuk menjaga pertahanan negara.

Jabatan mereka hanya untuk sampai batas mereka pensiun saja, bukan selamanya dan juga bukan pula untuk anak, cucu dan keluarga mereka. Karena anak, isteri, saudara, keluarga tentara bukan berarti tentara.

Mereka bukan penguasa eksekutif seperti Presiden, Gubernur, Bupati dan lainnya. Mereka juga bukan yudikatif seperti hakim dan juga lagislatif seperti DPR.

Dalam masyarakat sipil tentara tidak ada kuasa sama sekali, kecuali kalau diminta dalam keadaan dharurat dan bantuan dalam bencana alam lainnya, tapi kuasanya berada dibawah menteri dalam negeri (sipil).

Kuasa tentara hanyalah di dalam barak yang jauh dari masyarakat sipil. Maka tidak ada keistimewaan tertentu untuk mereka dalam masyarakat biasa.

Mereka bukan penguasa apalagi pemilik negara. Mereka hanya bekerja dan digaji untuk melakukan pekerjaan mereka.

Kenderaan yang dipakai oleh tentara itu bukan kenderaan miliknya. Ia adalah kenderaan negara yang di beli dari uang masyarakat kita.

Setiap bulan tentara itu dibayar gajinya dari uang masyarakat melalui pajak & hasil bumi lainnya, untuk tentara melakukan pekerjaan mereka dan pasti mereka tidak akan mau menjalankan pekerjaan mereka kalau gaji mereka terlambat dibayar 5 bulan saja.

Jalan itu dibangun dari uang masyarakat dan bukan hak milik Tentara. Jadi pengguna jalan lainnya memiliki hak yang sama dengan tentara.

Kecuali dalam keadaan penting-darurat, maka tentara harus membunyikan bunyi dan lampu isyarat seperti ambulance lewat.

Setiap tentara akan pensiun, dimana dia waktu itu tidak lagi digaji dan bekerja sebagai seorang tentara. Menjadi masyarakat biasa yang mungkin saja akan terbuang dari masyarakat yang ada.

Wewenang dan kuasa tentara tidak sama dengan Jaksa, Hakim & Pengacara. Mereka hanya menjaga pertahanan negara dari musuh dari luar negara. Sementara musuh dari dalam negara adalah wewenang polisi. Itu saja..

Tentara yang melanggar undang-undang negara dan peraturan jalan raya juga mendapat hukuman yang sama dengan masyarakat bukan tentara lainnya.

Mungkin karena rata-rata pendidikan tentara hanya SLTA/SMA saja, makanya banyak diantara mereka yang tidak tahu batas wewenang dan kuasa mereka menurut undang-undang yang ada..

Mungkin juga karena politik orde baru yang memanfaatkan polisi dan tentara untuk mempertahankan kuasa membuat mereka rusak begini. Atau juga karena masih menganggap pemerintah sama dengan penjajah Belanda, makanya mereka suka semena-mena.


KORUPSI ATAU MATI !!!

Dulu, para pendahulu bangsa kita berjuang gagah berani untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Berjuang pada waktu itu berarti berperang dengan mempertaruhkan nyawanya demi sebuah kondisi yang bernama kemerdekaan. Berjuang juga berarti merelakan kepentingan pribadinya demi kepentingan yang lebih besar, yaitu terbentuknya negara yang bebas merdeka. Tidak semua orang turut berperang, tapi hampir semua orang berpartisipasi untuk mendukung kemerdekaan, dan disanalah mereka merelakan perginya kepentingan pribadi untuk ditukar dengan kepentingan bersama dalam kemerdekaan yang bernama Indonesia. Bahkan slogan “‘merdeka atau mati” nanyak digunaka agar dapat membakar semangat perjuangan di masa itu.

Tapi itu adalah cerita dulu, masa yang sekarang sangat jauh berbeda. Rasa kebersamaan itu telah pudar. Semangat kebangsaan sudah menjadi kenangan dan nyaris terlupakan. Walaupun kita merdeka secara fisik, namun tidak demikian dalam kehidupan perekonomian dan pengelolaan negara. Kepentingan bersama telah dikalahkan oleh kepentingan pribadi dan golongan yang berujung pada pemenuhan kapital dan pundi-pundi kelompok tertentu. Sebenarnya tidak terlalu masalah apabila terjadi pemerataan dalam pendapatan dan pembangunan. Namun yang terjadi adalah jurang yang lebar antara yang kaya dan yang miskin.

Lalu apa yang membuat sekelompok orang atau sekelompok besar golongan menjadi bersatu padu? Pada saat perjuangan fisik, semua bersatu padu melawan penjajah, baik Belanda maupun Jepang. Pada saat peralihan menuju Orde Baru, semua bersatu padu memberantas komunis. Pada saat menumbangkan Orde Baru yang otoriter, semua bersatu padu menurunkan Soeharto.

Bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, semua bisa digerakkan apabila mempunyai musuh bersama yang memang tercipta karena keadaan maupun karena “dikondisikan”. Contoh konsep musuh bersama yang masih tergolong anyar adalah ketika sebuah Rumah Sakit bertaraf internasional hendak menuntut mantan pasiennya karena menyebarkan keluhan melaui email dan milis yang diikutinya. Bentuk perlawanan masyarakat pada waktu itu tergolong unik, dengan mengumpulkan uang koin guna membantu sang pasien membayar tuntutan RS tersebut. Contoh kedua adalah ketika KPK dan Polri bersiteru dan berujung pada penetapan sebagai terhadap dua anggota KPK. Masyarakat sangat marah dan melakukan protes besar-besaran sehingga keduanya dapat dibebaskan.

Konsep musuh bersama ini dapat digunakan oleh pemerintah untuk mengkondisikan masyarakatnya sedemikian rupa sehingga berguna bagi kepentingan bangsa dan negara. Misalnya saja, dari sekian banyak permasalahan yang dihadapi bangsa ini, korupsi adalah satu yang utamanya. Dengan menciptakan korupsi sebagai “musuh bersama”, dapat dibayangkan ampuhnya sinergi masyarakat, penegak hukum dan semua elemen perintahan ini. Tentu saja diperlukan tekad dan semangat yang sama seperti ketika para pejuang dahulu merebut kemerdekaan. Semangat merdeka atau mati. Bisa dipilih slogan yang heroik sekaligus mempunyai dampak psikologis yang besar ” korupsi atau mati ! “


DIMANAKAH DOSA???

Dosa adalah sebuah keadaan dimana peran Tuhan dikesampingkan dalam setiap pikiran dan perbuatan kita. Letaknya pada pikiran kita sendiri. Dosa itu muncul disebabkan oleh kegelapan, kebodohan dan kelalaian kita sendiri atas suatu perbuatan yang kita lakukan baik perbuatan yang utuh dan sudah terjadi, maupun perbuatan yang masih berada dalam niat kita.
Kegelapan, kebodohan dan kelalaian terjadi karena ada dinding yang menjadi penutup cahaya. Dinding itulah yang disebut nafsu. Nafsu yang menjadi dinding itu telah menjadi raja dan bertahta di atas singgasananya, yakni pikiran kita sendiri. Nafsu telah dinobatkan menjadi raja dan menggeser kekuasaan raja yang sebenarnya, yakni cahaya (Nur). Nur itu seharusnya menjadi raja yang sah dan mesti dipatuhi segala titahnya. Titah Nur dalam personifikasinya disebut dengan Ruhul Amri (Ruh Perintah) yang sering dinisbahkan sebagai nama lain dari Malaikat Jibril.
Titah yang diturunkan untuk berpikir dan berbuat bagi diri sehingga sesuai dengan amanah Nur dipersonifikasi dengan Ruhul Amri (Malaikat Jibril). Titah atau perintah itu turun setiap saat. Bagi sesiapa yang patuh terhadap perintah itu, maka ia disebut sebagai abdi, budak (hamba) Tuhan. Dosa itu terjadi ketika segala perintah Tuhan melalui Ruhul Amri itu dikesampingkan, sehingga yang berperan dan menjadi raja atas segala pikiran dan perbuatannya adalah nafsu. Dalam hal ini, ia disebut sebagai abdi, budak (hamba) nafsu.
Perintah-perintah nafsu itu, mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat akan meninggalkan jejak atau bekas, itulah yang dikatakan dosa. Dan jejak atau bekas itu seterusnya akan melahirkan akibat-akibat, itulah yang dikatakan neraka. Dimanakah letak jejak atau bekas itu? Dan bagaimanakah akibat dari jejak yang dikatakan neraka?
Jejak atau bekas adalah sebuah kesan atau kenangan. Ia menjadi limbah bagi kehidupan terkini yang merintangi dan menjadi semak belukar bagi pancaran cahaya. Jejak-jejak yang disebut sebagai dosa itu menjadi wilayah (teritorial) yang tetap bagi berkuasanya nafsu. Itulah yang kemudian menjadi tembok benteng yang menutupi cahaya. Menjadi suatu wilayah yang di dalamnya terdapat kemusnahan dan kebinasaan.
Lalu, mengapa nafsu bisa menjadi raja pada kerajaan diri? Karena ia punya bala tentara atau struktur pemerintahan yang disebut syaithan. Syaithan-syaithan itu memiliki departemen-departemen yang terdiri dari seluruh pancaindera dan anggota tubuh yang lain. Seorang ulama ada yang mempersonifikasikan 9 lobang. Lobang itulah yang dikatakan departemen. Di dalam departemen itulah syaithan telah menjadi menteri. Para menteri itu selalu berusaha bagaimana caranya departemen yang dipimpinnya makmur sejahtera dengan cara memberikan rasa nikmat.
Dosa telah melahirkan mekanisme kemakmuran dan kesejahteraan yang melembaga, namun sangat rapuh. Ya, sangat rapuh. Ia seperti bangunan kertas. Sepertinya kuat, namun kuatnya cuma ada dalam bayang-bayang fatamorgana. Mengapa kemakmuran dan kesejahteraan yang dilahirkan dosa sampai melembaga? Karena ia terletak dalam sebuah wilayah yang berada di bawah kekuasaan nafsu. Wilayah itu adalah sebuah kerajaan fatamorgana. Batas luarnya nikmat, tapi kedalamannya adalah kehancuran dan kebinasaan. Itulah yang dikatakan dunia.
Dosa dengan dunia adalah seperti sosok api yang dipakaikan selimut. Apinya adalah dosa dan selimutnya adalah dunia. Keduanya berada dan bertahta pada kerajaan pikiran yang dikendalikan oleh nafsu. Padahal nafsu seharusnya tunduk pada Kerajaan Cahaya yang Maha Luas. Namun, ia seperti menutup dua kelopak dari silaunya sinar matahari dengan hanya satu jari. Jari itu diibaratkan nafsu dan cahaya matahari itu diibaratkan Maha Cahaya. Maha Cahaya bisa tertutup hanya dengan sejari nafsu. Padahal nafsu semestinya tunduk kepada Raja Maha Cahaya yang titah-titahNya berbentuk sosok yang disebut Ruhul Amri (Ruh Perintah). Sesiapa yang menuruti perintah Ruhul Amri, maka tanpa direka-reka ia akan memiliki daya untuk mengenyampingkan perintah si raja nafsu.
Walhasil, dosa hanya berada di alam pikiran kita sendiri. Ia adalah jejak-jejak, kesan dan kenangan di masa lalu dari suatu perbuatan yang menggeser peran dan Wujud Tuhan. Peran dan Wujud Tuhan yang hilang itu telah digantikan oleh nafsu. Itu hanya ada di alam dunia fana ini. Kerajaan nafsu itu tak ubahnya dunia yang hanya terdiri dari bayang-bayang fatamorgana. Kehancuran dan kebinasaan diakibatkan oleh bayang-bayang fatamorgana. Itulah yang dikatakan lobang neraka.
Karena itu, berusahalah untuk tidak mengklaim kederadaan. Karena klaim itu akan menggeser kesadaran akan Wujud Haqq. Semua yang ada pada kita adalah milik Wujud Haqq. Kita hanyalah ketiadaan yang sepertinya ada.