Selasa, 14 Agustus 2012

KORUPSI ATAU MATI !!!

Dulu, para pendahulu bangsa kita berjuang gagah berani untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Berjuang pada waktu itu berarti berperang dengan mempertaruhkan nyawanya demi sebuah kondisi yang bernama kemerdekaan. Berjuang juga berarti merelakan kepentingan pribadinya demi kepentingan yang lebih besar, yaitu terbentuknya negara yang bebas merdeka. Tidak semua orang turut berperang, tapi hampir semua orang berpartisipasi untuk mendukung kemerdekaan, dan disanalah mereka merelakan perginya kepentingan pribadi untuk ditukar dengan kepentingan bersama dalam kemerdekaan yang bernama Indonesia. Bahkan slogan “‘merdeka atau mati” nanyak digunaka agar dapat membakar semangat perjuangan di masa itu.

Tapi itu adalah cerita dulu, masa yang sekarang sangat jauh berbeda. Rasa kebersamaan itu telah pudar. Semangat kebangsaan sudah menjadi kenangan dan nyaris terlupakan. Walaupun kita merdeka secara fisik, namun tidak demikian dalam kehidupan perekonomian dan pengelolaan negara. Kepentingan bersama telah dikalahkan oleh kepentingan pribadi dan golongan yang berujung pada pemenuhan kapital dan pundi-pundi kelompok tertentu. Sebenarnya tidak terlalu masalah apabila terjadi pemerataan dalam pendapatan dan pembangunan. Namun yang terjadi adalah jurang yang lebar antara yang kaya dan yang miskin.

Lalu apa yang membuat sekelompok orang atau sekelompok besar golongan menjadi bersatu padu? Pada saat perjuangan fisik, semua bersatu padu melawan penjajah, baik Belanda maupun Jepang. Pada saat peralihan menuju Orde Baru, semua bersatu padu memberantas komunis. Pada saat menumbangkan Orde Baru yang otoriter, semua bersatu padu menurunkan Soeharto.

Bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, semua bisa digerakkan apabila mempunyai musuh bersama yang memang tercipta karena keadaan maupun karena “dikondisikan”. Contoh konsep musuh bersama yang masih tergolong anyar adalah ketika sebuah Rumah Sakit bertaraf internasional hendak menuntut mantan pasiennya karena menyebarkan keluhan melaui email dan milis yang diikutinya. Bentuk perlawanan masyarakat pada waktu itu tergolong unik, dengan mengumpulkan uang koin guna membantu sang pasien membayar tuntutan RS tersebut. Contoh kedua adalah ketika KPK dan Polri bersiteru dan berujung pada penetapan sebagai terhadap dua anggota KPK. Masyarakat sangat marah dan melakukan protes besar-besaran sehingga keduanya dapat dibebaskan.

Konsep musuh bersama ini dapat digunakan oleh pemerintah untuk mengkondisikan masyarakatnya sedemikian rupa sehingga berguna bagi kepentingan bangsa dan negara. Misalnya saja, dari sekian banyak permasalahan yang dihadapi bangsa ini, korupsi adalah satu yang utamanya. Dengan menciptakan korupsi sebagai “musuh bersama”, dapat dibayangkan ampuhnya sinergi masyarakat, penegak hukum dan semua elemen perintahan ini. Tentu saja diperlukan tekad dan semangat yang sama seperti ketika para pejuang dahulu merebut kemerdekaan. Semangat merdeka atau mati. Bisa dipilih slogan yang heroik sekaligus mempunyai dampak psikologis yang besar ” korupsi atau mati ! “


Tidak ada komentar:

Posting Komentar