Selasa, 14 Agustus 2012

DIMANAKAH DOSA???

Dosa adalah sebuah keadaan dimana peran Tuhan dikesampingkan dalam setiap pikiran dan perbuatan kita. Letaknya pada pikiran kita sendiri. Dosa itu muncul disebabkan oleh kegelapan, kebodohan dan kelalaian kita sendiri atas suatu perbuatan yang kita lakukan baik perbuatan yang utuh dan sudah terjadi, maupun perbuatan yang masih berada dalam niat kita.
Kegelapan, kebodohan dan kelalaian terjadi karena ada dinding yang menjadi penutup cahaya. Dinding itulah yang disebut nafsu. Nafsu yang menjadi dinding itu telah menjadi raja dan bertahta di atas singgasananya, yakni pikiran kita sendiri. Nafsu telah dinobatkan menjadi raja dan menggeser kekuasaan raja yang sebenarnya, yakni cahaya (Nur). Nur itu seharusnya menjadi raja yang sah dan mesti dipatuhi segala titahnya. Titah Nur dalam personifikasinya disebut dengan Ruhul Amri (Ruh Perintah) yang sering dinisbahkan sebagai nama lain dari Malaikat Jibril.
Titah yang diturunkan untuk berpikir dan berbuat bagi diri sehingga sesuai dengan amanah Nur dipersonifikasi dengan Ruhul Amri (Malaikat Jibril). Titah atau perintah itu turun setiap saat. Bagi sesiapa yang patuh terhadap perintah itu, maka ia disebut sebagai abdi, budak (hamba) Tuhan. Dosa itu terjadi ketika segala perintah Tuhan melalui Ruhul Amri itu dikesampingkan, sehingga yang berperan dan menjadi raja atas segala pikiran dan perbuatannya adalah nafsu. Dalam hal ini, ia disebut sebagai abdi, budak (hamba) nafsu.
Perintah-perintah nafsu itu, mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat akan meninggalkan jejak atau bekas, itulah yang dikatakan dosa. Dan jejak atau bekas itu seterusnya akan melahirkan akibat-akibat, itulah yang dikatakan neraka. Dimanakah letak jejak atau bekas itu? Dan bagaimanakah akibat dari jejak yang dikatakan neraka?
Jejak atau bekas adalah sebuah kesan atau kenangan. Ia menjadi limbah bagi kehidupan terkini yang merintangi dan menjadi semak belukar bagi pancaran cahaya. Jejak-jejak yang disebut sebagai dosa itu menjadi wilayah (teritorial) yang tetap bagi berkuasanya nafsu. Itulah yang kemudian menjadi tembok benteng yang menutupi cahaya. Menjadi suatu wilayah yang di dalamnya terdapat kemusnahan dan kebinasaan.
Lalu, mengapa nafsu bisa menjadi raja pada kerajaan diri? Karena ia punya bala tentara atau struktur pemerintahan yang disebut syaithan. Syaithan-syaithan itu memiliki departemen-departemen yang terdiri dari seluruh pancaindera dan anggota tubuh yang lain. Seorang ulama ada yang mempersonifikasikan 9 lobang. Lobang itulah yang dikatakan departemen. Di dalam departemen itulah syaithan telah menjadi menteri. Para menteri itu selalu berusaha bagaimana caranya departemen yang dipimpinnya makmur sejahtera dengan cara memberikan rasa nikmat.
Dosa telah melahirkan mekanisme kemakmuran dan kesejahteraan yang melembaga, namun sangat rapuh. Ya, sangat rapuh. Ia seperti bangunan kertas. Sepertinya kuat, namun kuatnya cuma ada dalam bayang-bayang fatamorgana. Mengapa kemakmuran dan kesejahteraan yang dilahirkan dosa sampai melembaga? Karena ia terletak dalam sebuah wilayah yang berada di bawah kekuasaan nafsu. Wilayah itu adalah sebuah kerajaan fatamorgana. Batas luarnya nikmat, tapi kedalamannya adalah kehancuran dan kebinasaan. Itulah yang dikatakan dunia.
Dosa dengan dunia adalah seperti sosok api yang dipakaikan selimut. Apinya adalah dosa dan selimutnya adalah dunia. Keduanya berada dan bertahta pada kerajaan pikiran yang dikendalikan oleh nafsu. Padahal nafsu seharusnya tunduk pada Kerajaan Cahaya yang Maha Luas. Namun, ia seperti menutup dua kelopak dari silaunya sinar matahari dengan hanya satu jari. Jari itu diibaratkan nafsu dan cahaya matahari itu diibaratkan Maha Cahaya. Maha Cahaya bisa tertutup hanya dengan sejari nafsu. Padahal nafsu semestinya tunduk kepada Raja Maha Cahaya yang titah-titahNya berbentuk sosok yang disebut Ruhul Amri (Ruh Perintah). Sesiapa yang menuruti perintah Ruhul Amri, maka tanpa direka-reka ia akan memiliki daya untuk mengenyampingkan perintah si raja nafsu.
Walhasil, dosa hanya berada di alam pikiran kita sendiri. Ia adalah jejak-jejak, kesan dan kenangan di masa lalu dari suatu perbuatan yang menggeser peran dan Wujud Tuhan. Peran dan Wujud Tuhan yang hilang itu telah digantikan oleh nafsu. Itu hanya ada di alam dunia fana ini. Kerajaan nafsu itu tak ubahnya dunia yang hanya terdiri dari bayang-bayang fatamorgana. Kehancuran dan kebinasaan diakibatkan oleh bayang-bayang fatamorgana. Itulah yang dikatakan lobang neraka.
Karena itu, berusahalah untuk tidak mengklaim kederadaan. Karena klaim itu akan menggeser kesadaran akan Wujud Haqq. Semua yang ada pada kita adalah milik Wujud Haqq. Kita hanyalah ketiadaan yang sepertinya ada.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar